Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Likuiditas Melimpah, BNI Siap Hadapi Kenaikan Permintaan Kredit

Kompas.com - 26/01/2022, 17:12 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang signifikan sepanjang tahun 2021.

Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini menyatakan, DPK perseroan sampai dengan akhir 2021 mencapai Rp 729,17 triliun atau tumbuh 15,5 persen secara tahunan (year on year/yoy).

"Dan membawa BNI pada situasi likuiditas yang sangat mencukupi dan jauh melampaui pertumbuhan kredit tahun lalu," kata dia, dalam konferensi pers virtual, Rabu (26/1/2022).

Baca juga: BNI Bakal Sulap Bank Mayora Jadi Bank Digital UMKM

Jika dilihat dari komposisinya, dana murah atau CASA BNI masih mendominasi DPK, yaitu terjaga pada level 69,4 persen dari seluruh DPK.

Novia bilang, CASA terdongkrak hingga 17,1 persen secara yoy menjadi Rp 506,06 triliun.

"Pertumbuhan dana murah ini mendorong perbaikan cost of fund dari 2,6 persen pada akhir tahun 2020 menjadi 1,6 persen tahun 2021,” ujarnya.

Lebih lanjut, Novia menjelaskan, penghimpunan DPK menguat di kuartal IV-2021, meskipun suku bunga simpanan terus menurun.

"Bekal DPK tersebut membuat BNI memiliki cadangan likuiditas yang tangguh dan siap digunakan jika permintaan kredit meningkat atau pasar obligasi berubah menjadi lebih baik tahun 2022," tuturnya.

Selaras dengan pertumbuhan DPK, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyebutkan, kredit perseroan pada 2021 tumbuh sebesar 5,3 persen secara yoy menjadi Rp 582,44 triliun.

Adapun pendorong utama kredit BNI selama tahun 2021 adalah penyaluran di sektor business banking terutama pembiayaan ke segmen korporasi swasta yang tumbuh 7,6 persen yoy menjadi Rp 180,4 triliun.

Baca juga: Ajak Pengusaha Akses Kredit, Wamenkeu: Pengusaha yang Sehat Pasti Punya Utang...

Kemudian segmen large commercial tumbuh 10,4 persen secara yoy menjadi Rp 40,9 triliun, segmen kecil juga tumbuh 12,9 persen yoy dengan nilai kredit Rp 95,8 triliun.

"Secara keseluruhan kredit di sektor Business Banking ini tumbuh 4,5 persen secara yoy menjadi Rp 482,4 triliun," ujar Royke.

Sementara di sektor konsumer, kredit terbesar yang tumbuh adalah kredit payroll, yaitu naik 18,3 persen secara yoy menjadi Rp 35,8 triliun.

Lalu, kredit kepemilikan rumah (mortgage) tumbuh 7,7 persen secara yoy menjadi Rp 49,6 triliun. Dengan demikian, secara keseluruhan kredit consumer tumbuh 10,1 persen secara yoy menjadi Rp 99 triliun.

"BNI memercayai bahwa masih terdapat ruang untuk terus tumbuh ke depannya," ucap Royke.

Baca juga: Laba Bersih BNI 2021 Naik 3 Kali Lipat Jadi Rp 10,89 Triliun

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

THR Lebaran 2024: Cara Menghitung, Kriteria Penerima, hingga Sanksi

THR Lebaran 2024: Cara Menghitung, Kriteria Penerima, hingga Sanksi

Work Smart
Memburu Penerimaan Negara Tanpa Menaikkan PPN

Memburu Penerimaan Negara Tanpa Menaikkan PPN

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 Maret 2024

Spend Smart
Info Pangan 19 Maret 2024: Beras Masih Mahal, Harga Telur Naik Tembus Rp 34.000

Info Pangan 19 Maret 2024: Beras Masih Mahal, Harga Telur Naik Tembus Rp 34.000

Whats New
Investor Menanti Kebijakan Suku Bunga The Fed, Harga Emas Dunia Naik

Investor Menanti Kebijakan Suku Bunga The Fed, Harga Emas Dunia Naik

Whats New
IHSG Bakal Bangkit? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Bangkit? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Mendagri Minta Pemda Salurkan THR dan Gaji Ke-13 Tepat Waktu

Mendagri Minta Pemda Salurkan THR dan Gaji Ke-13 Tepat Waktu

Whats New
Menanti Kebijakan The Fed, Wall Street Hijau

Menanti Kebijakan The Fed, Wall Street Hijau

Whats New
Percepat Revisi PP 96/2021, Indonesia Incar Kempit 61 Persen Saham Freeport

Percepat Revisi PP 96/2021, Indonesia Incar Kempit 61 Persen Saham Freeport

Whats New
Manajemen: BCA Mobile dan myBCA Akan Berjalan Bersamaan dalam Jangka Waktu Panjang

Manajemen: BCA Mobile dan myBCA Akan Berjalan Bersamaan dalam Jangka Waktu Panjang

Whats New
Perbedaan Inflasi dan Deflasi serta Untung Ruginya bagi Ekonomi

Perbedaan Inflasi dan Deflasi serta Untung Ruginya bagi Ekonomi

Whats New
Ini 4 Perusahaan Terindikasi 'Fraud' Rp 2,5 Triliun yang Diungkap oleh Sri Mulyani

Ini 4 Perusahaan Terindikasi "Fraud" Rp 2,5 Triliun yang Diungkap oleh Sri Mulyani

Whats New
[POPULER MONEY] Polemik Kenaikan PPN 12 Persen | Sri Mulyani Laporkan Dugaan 'Fraud' 4 Debitor LPEI

[POPULER MONEY] Polemik Kenaikan PPN 12 Persen | Sri Mulyani Laporkan Dugaan "Fraud" 4 Debitor LPEI

Whats New
Bos Bulog: Harga Beras Akan Sulit Kembali ke Titik Semula Seperti Setahun Lalu...

Bos Bulog: Harga Beras Akan Sulit Kembali ke Titik Semula Seperti Setahun Lalu...

Whats New
Anggota DPR Minta Gedung Parlemen di IKN Dibangun Paling Akhir, Ini Kata OIKN

Anggota DPR Minta Gedung Parlemen di IKN Dibangun Paling Akhir, Ini Kata OIKN

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com