Oleh: Nika Halida Hashina & Ikko Anata
KOMPAS.com - Melonjaknya tren “bermain” saham, membuat beragam ilmu seputar investasi turut ramai diperbincangkan. Saat ini, dengan bermodalkan internet, informasi tersebut dapat dengan mudah didapat. Bahkan, kita juga bisa berdiskusi melalui forum-forum yang ada di media sosial.
Salah satu istilah yang sering didengar para investor adalah pengambilan keuntungan atau take profit. Dikutip dari buku Sekolah Pasar Modal Bursa Efek Indonesia, aktivitas ini dilakukan saat kita mengambil keuntungan setelah berhasil mencapai level harga atau target yang direncanakan.
Akan tetapi, pergerakan harga saham yang sulit diprediksi terkadang diperlukan pertimbangan matang dalam melakukan take profit. Juga, tidak mudah bagi seorang investor untuk menentukan waktu yang tepat mengenai pembelian dan penjualan saham.
Joice Tauris Santi, Penulis tentang Finansial dan Investasi, dalam siniar CUAN bertajuk "Let The Profit Run vs Take Profit" turut memberikan informasi seputar langkah-langkah yang tepat untuk melakukan hal tersebut.
Ternyata, pengambilan keputusan take profit yang salah bisa menyebabkan kerugian besar. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui kapan kita harus take profit dan kapan harus bertahan, atau let the profit run.
Baca juga: Perlukah Kita Memakai Jasa Financial Planner?
Let the profit run adalah saat kita mengetahui bahwa terjadi kenaikan harga saham, namun tidak langsung menjualnya. Hal ini merupakan strategi untuk menunggu kenaikan harga saham agar berada di tahap optimal. Ada pun batasannya dapat kita tentukan sendiri sesuai dengan indikator cash loss.
Strategi ini cocok dilakukan untuk kegiatan investasi jangka menengah atau panjang, seperti menabung saham. Dalam investasi jangka panjang, keuntungan besar bukan prioritas utama, tapi keuntungan dan kestabilan harga sahamlah yang lebih diutamakan.
Dengan alur yang sedikit lebih lambat dibandingkan dengan trading, strategi investasi ini lebih cocok dilakukan oleh para investor.
Meskipun kita membiarkan harga saham, sebaiknya, rencanakan juga batas waktu menahannya. Jika saham sudah naik terlalu tinggi, jangan melakukan penahanan secara terus-menerus. Selain itu, pertimbangkan juga untuk menjual saham ketika harganya sudah turun. Lakukanlah perencanaan secara bijak agar tidak terjadi cash loss.
Strategi ini dapat dilakukan ketika saham sedang berada pada tren teratas. Investor akan menahan saham sampai batas yang mereka tentukan sendiri. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana harga saham meningkat guna mencari untung setinggi-tingginya. Oleh karena itu, strategi ini sangat mengandalkan kesabaran.
Berbeda dengan let the profit run, menurut Investopedia, segera lakukan take profit setelah target keuntungan yang direncanakan tercapai agar tidak ada risiko kemungkinan terjadinya penurunan pasar di masa depan. Oleh karena itu, keduanya tidak bisa dibandingkan karena kebutuhannya jelas berbeda.
Bagi para trader yang terbiasa dengan alur trading cepat, membiarkan puncak harga saham terlewatkan justru bisa dianggap kerugian. Menurut mereka, pada saat itu adalah momentum yang tepat untuk meraup untung sebesar-besarnya karena harga saham sedang sangat optimal.
Baca juga: Langkah Mudah Membuat Trading Plan, Perencanaan dalam Saham
Oleh karena itu, untuk mengingat pergerakan pasar dan saham, sangat penting bagi kita untuk membuat catatan perencanaan di Microsoft Excel. Pencatatan ini dapat diisi dengan jumlah harga saham yang dimiliki, batasan cash loss, dan juga batasan untuk melakukan take profit.
Lalu, dalam prosesnya, ketika saham mengalami kenaikan, kita, sebagai trader akan langsung menjualnya. Namun, hal ini berbeda apabila kita menempatkan diri sebagai seorang investor.
Investor lebih mampu memberanikan diri untuk menahan saham tersebut. Hingga akhirnya, terbukti bahwa harganya mengalami kenaikan yang konstan. Dalam hal ini biasanya para investor bisa menunggu sedikit lebih lama dengan menggeser trailing stop mereka.
Berbanding terbalik dengan stop loss yang bertujuan untuk mencegah kerugian, trailing stop adalah level proteksi keuntungan. Trailing stop bertujuan untuk mencegah keuntungan gagal didapatkan atau saham minus.
Misalnya, ketika kita membeli saham seharga Rp1000 lalu harga saham tanpa diduga naik menjadi Rp1250. Let the profit run berarti menunggu apakah harga saham masih bisa naik, dengan mencatat trailing stop misalnya di angka Rp1100. Kemudian ketika harga benar-benar turun ke angka Rp1100, saat itu juga kita harus take profit untuk menjaga batas akhir keuntungan di angka Rp100.
Saran penting dari Joice bagi siapa saja yang menjalani bisnis ini adalah terus putar hasil keuntungan ke instrumen investasi lainnya dan kembangkan semua itu. Baginya, membagi pembelian saham yang berbeda membuat, “Kita nggak ada beban ketika salah satu investasi kita rugi, karena investasi itu, kita lagi belajar.”
Penjelasan selengkapnya mengenai let the profit run dan take profit dapat kalian dengarkan melalui siniar Cuan episode “Let The Profit Run vs Take Profit” di Spotify. Segera dengarkan agar tak ketinggalan episode-episode terbaru seputar investasi pada tautan https://dik.si/cuan_profit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.