Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal SWIFT, Senjata Non-Nuklir yang Bisa ‘Hancurkan’ Ekonomi Rusia

Kompas.com - 28/02/2022, 12:30 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Sumber Forbes

JAKARTA, KOMPAS.com – Amerika Serikat menaggapi invasi Rusia ke Ukraina dengan sederetan sanksi terhadap negeri Beruang Merah tersebut, temasuk ancaman berupa pemutusan akses Rusia ke sistem pembayaran internasional SWIFT.

Dikutip dari laman Forbes, Senin (28/2/2022), SWIFT merupakan singkatan dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication.

Sistem berbasis di Belgia ini tercatat (tahun 2021), menangani permintaan pembayaran sekitar 11.000 lembaga keuangan di seluruh dunia, dan menyampaikan 42 juta pesan per hari.

Baca juga: Uni Eropa Siapkan Sanksi untuk Lemahkan Perekonomian Rusia, Aset Dibekukan hingga Akses Bank Dihentikan

Dampak SWIFT ke pelemahan ekonomi Rusia

The Washington Post menyamakan sistem ini dengan "Gmail perbankan global," dan Financial Times mencatat, pemutusan akses atau transaksi perbankan antar negara yang dilakukan tanpa SWIFT akan jauh lebih mahal dan lebih lama.

Pemblokiran Rusia dari SWIFT memiliki dampak ekonomi yang signifikan.

Mantan menteri keuangan Rusia Alexei Kudrin memperkirakan, produk domestik bruto Rusia akan susut 5 persen dalam setahun tanpa SWIFT.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Diprediksi Bikin Indonesia Untung, Harga Batu Bara hingga Nikel Bakal Melambung

 

Langkah tersebut juga dinilai akan membahayakan kemampuan Rusia untuk mengambil untung dari ekspor minyak dan gas yang merupakan 40 persen dari pendapatan negara.

Meski demikian, Rusia telah membentuk sistem pembayaran alternatif dengan China yang dapat digunakan Rusia, tetapi Atlantic Council mencatat, platform tersebut hanya memiliki jangkauan kecil dibanding SWIFT dan tidak bisa mengimbangi transaksi keuangan Rusia.

Baca juga: Dampak Konflik Rusia-Ukraina di Indonesia, Harga BBM Bisa Naik, Juga Elpiji dan Listrik

 

Konsekuensi depak Rusia dari SWIFT untuk Eropa

Mengeluarkan Rusia dari SWIFT juga dinilai akan merugikan Uni Eropa untuk membayar impor minyak dan gas Rusia yang diandalkan selama ini.

“Saya tidak akan diplomatis dalam hal ini. Setiap orang yang sekarang meragukan apakah Rusia harus dilarang dari SWIFT harus paham, warga Ukraina yang tidak bersaham ada di tangan mereka,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba Kamis lalu dalam cuitan di Twitter.

Baca juga: Crazy Rich Rusia Kehilangan Ribuan Triliun Rupiah Akibat Perang

Beberapa pemimpin dunia seperti Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson juga mendesak Rusia untuk keluar dari SWIFT, tetapi Reuters melaporkan pejabat Uni Eropa masih menunda untuk mengambil langkah karena konsekuensinya.

"Anda bukan hanya akan membuat kekacauan besar di Rusia, tetapi juga untuk layanan pembayaran lintas batas. Bagaimana Eropa akan membayar tagihan gas mereka tanpa SWIFT?" kata seorang eksekutif senior di pemberi pinjaman asing.

Presiden AS Joe Biden mengatakan pemblokiran Rusia dari SWIFT tetap menjadi "opsi”. Namun, sejauh ini AS belum mengambil langkah itu karena belum ada lampu hijau dari Eropa.

Sanksi AS dan sejumlah negara ke Rusia

Sebagai informsi, memanasnya konflik Rusia dan Ukraina, memicu kecaman luas dari para pejabat di seluruh dunia. Amerika Serikat dan pemerintah asing lainnya sejauh ini memilih untuk menanggapi agresi Rusia melalui sanksi ekonomi.

Langkah awal, Presiden Biden menolak menempatkan pasukan Amerika di Ukraina karena hal itu dapat memicu “perang dunia.”

Negara-negara termasuk AS, Inggris, Australia, Kanada, Jepang dan Uni Eropa telah mengumumkan beberapa sanksi, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin membuka jalan bagi serangan pekan lalu.

Biden mengeluarkan sanksi "tahap pertama" terhadap Rusia mencakup "pemblokiran penuh" dua bank Rusia untuk mengakses pasar keuangan Barat kepada seluruh elit Rusia dan anggota keluarga mereka. Kemudian, AS meluncurkan sanksi tambahan pada Kamis, berupa opsi pemblokiran Rusia di sistem SWIFT.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com