Seperti diketahui, keempat BUMN tersebut membentuk usaha patungan yakni PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia. Perusahaan ini kemudian menggenggam saham sebesar 60 persen di PT KCIC. Sementara sisa saham 40 persen digenggam konsorsium China.
2. Konsesi dijamin pemerintah
Pada 2016 silam, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan menjamin perjanjian konsesi proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung tidak akan mengalami pembatalan sepihak dari pemerintah.
Dalam klausul yang disepakati, perjanjian konsesi tidak dapat dibatalkan sepihak oleh pemerintah meskipun diperintah Undang-undang (UU).
Baca juga: Saat Jadi Menhub, Jonan Keberatan Proyek Kereta Cepat, Apa Sebabnya?
Konsesi proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung yakni 50 tahun. Jaminan bahwa perjanjian tidak akan dibatalkan tertuang dalam poin keenam.
Bahkan selain konsesi, pemerintah Indonesia yang sebelumnya berjanji tidak akan menggunakan sepeserpun duit APBN dengan skema business to business, akhirnya harus merevisinya.
Penegasan semua biaya Kereta Cepat Jakarta Bandung tanpa uang APBN sebelumnya disahkan pemerintah Jokowi lewat penerbitan Perpres Nomor 107 Tahun 2015, tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat Jakarta Bandung.
Meski demikian, Jokowi kemudian meralatnya agar APBN bisa ikut mendanai kereta cepat dengan menandatangani Perpres Nomor 93 Tahun 2021.
Baca juga: Segini Potensi Penumpang Kereta Cepat Halim-Padalarang
3. Besarnya penyerapan produk dan tenaga kerja China
Keuntungan ketiga yang didapatkan China tentulah serapan tenaga kerja maupun produk impor asal China. Proyek ini diketahui melibatkan cukup banyak TKA China.
Penggunaan banyaknya TKA China di proyek ini bahkan sempat menuai polemik seperti pengguna tukang las rel yang harus didatangkan dari sana.
Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung juga jadi berkah besar bagi sejumlah BUMN China. Selain trainset kereta, semua relnya juga dibeli dari China.
Dikutip dari People's Daily Online, perusahan pembuat Kereta Cepat Jakarta Bandung adalah China Railway Material Co Ltd. People's Daily Online sendiri merupakan anak People’s Daily, surat kabar yang terafiliasi dengan Partai Komunis China (PKC).
Baca juga: Ini Waktu Tempuh Kereta Cepat dari Halim ke Padalarang
China Railway Material Co Ltd yang merupakan BUMN RRC ini mengirimkan sekitar 8.000 ton rel R.60 yang memang dibuat untuk lintasan kereta berkecepatan tinggi.
Rel ini dikirimkan dari Pelabuhan Fangchenggang, Guangxi Zhuang, sebuah daerah otonomi khusus di Selatan China.
Pengiriman dilakukan sejak 28 November 2020. Rel-rel yang dipakai di China sejatinya memiliki panjang 100 meter, namun untuk menyesuaikan dengan teknologi kereta cepat yang dibangun di Indonesia serta memudahkan pengiriman, panjang rel dibuat masing-masing 50 meter.
"Kami mengekspor total 37.900 ton rel besi untuk mendukung pembangunaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Ini adalah ekspor perdana kami untuk produk rel berkecepatan tinggi dengan panjang 50 meter buatan China," kata Wang Hui, CEO China Railway Material Co Ltd.
Baca juga: Harga Tiket Kereta Cepat Sekitar Rp 350.000, Turun di Padalarang, Bukan Bandung
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.