Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Sampai Salah Beli, Ini Perbedaan Koin dan Token Kripto

Kompas.com - 07/03/2022, 11:30 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Aset kripto semakin digemari oleh masyarakat Indonesia. Bukan hanya koin kripto saja, saat ini token kripto juga kian diminati oleh investor Tanah Air.

Token kripto sendiri sebenarnya semakin ramai diperbicarakan setelah sejumlah artis meluncurkan aset digital tersebut. Minat terhadap "token artis" itu juga cukup tinggi, terlihat dari volume perdagangan token kripto.

Meskipun demikian, tidak sedikit orang yang masih belum mengetahui perbedaan antara koin dan token kripto. Padahal, kedua jenis aset kripto itu memiliki fungsi, asal, dan manfaat yang berbeda.

Baca juga: Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga BCA

Perbedaan koin dan token kripto

Pada dasarnya, koin dan token merupakan aset kripto yang memiliki sejumlah kesamaan. Namun, token belum tentu bisa dikategorikan sebagai koin, sementara koin sudah bisa dikategorikan sebagai token. Mengapa demikian?

Koin kripto adalah aset digital yang berdiri di jaringan sistem penyokong transaksi mata uang kripto tanpa harus melalui pihak ketiga atau blockchain masing-masing.

Dalam pengembangan koin, pengembang juga harus menciptakan blockhain-nya sendiri. Oleh karenanya, koin biasa disebut "penduduk asli" atau native crypto jaringan blockchain.

Baca juga: Imbas Perang Rusia-Ukraina, Dollar AS Menguat ke Level Tertinggi sejak 2020

Sebagai contoh, seluruh transaksi kripto jenis ether dilakukan melalui blockchain ethereum. Setiap transaksi terenkripsi dan bisa diakses oleh jaringan member saja.

Dalam satu jaringan blockchain, pengguna dapat mengirim koin kepada pengguna lain. Seperti bitcoin yang dikirim ke bitcoin, ether ke ether, dan sebagainya.

Meski begitu, jaringan tersebut tidak mendukung untuk melakukan transfer antar blockchain. Sebagai contoh lagi, pengguna tidak dapat menjual 1 bitcoin dan membeli 200 litecoin dari jaringan blockchain bitcoin itu sendiri.

Selain itu, tujuan awal dari peluncuran token kripto ialah untuk meniru mata uang, sebagai alat pembayaran yang sah. Koin digunakan untuk mentransfer uang serta menyimpan nilai atau investasi.

Baca juga: Donasi Kripto untuk Ukraina Terus Mengalir, Simak Harga Bitcoin dkk Terkini

Token kripto

Berbeda dengan koin kripto, token kripto tidak memiliki sistem blockchain-nya sendiri. Mereka beroperasi dengan menggunakan sistem blockchain koin kripto.

Sebagai contoh, banyak token yang beroperasi dengan menggunakan jaringan ethereum. Selain itu, banyak juga token yang menggunakan jaringan "stablecoin", yakni koin kripto yang harganya mengikuti dollar AS, seperti tether.

Token diciptakan oleh suatu proyek yang kemudian digunakan sebagai pembayaran agar dapat menikmati layanan yang disediakan proyek tersebut. Umumnya, token beroperasi di blockchain dengan menggunakan konsep smart contract.

Baca juga: Ini 4 Faktor yang Mempengaruhi Harga Emas

Smart contract sendiri adalah pengaplikasian kode blockchain degnan tujuan mengikat perjanjian antara sejumlah pihak. Dengan cara ini, pembuatan token menjadi jauh lebih mudah ketimbang koin kripto.

Meski beroperasi di atas blockchain pihak lain, token dapat berkembang menjadi koin saat proyek mengembangkan blockchain-nya sendiri dan memindahkan token mereka ke blockchain baru sebagai koin. Contoh pengembangan token menjadi koin adalah Binance Coin (BNB), Tron (TRX), dan Zilica (ZIL) yang sebelumnya berada di blockchain Ethereum.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com