JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Sudaryono mengatakan, minyak goreng dengan jumlah jutaan liter yang disebut Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi sudah terdistribusi, berdasarkan kondisi ril di pasar tradisional, kenyataannya belum merata.
"Kondisi ril di lapangan itu nyatanya barangnya tidak ada. Saya tidak tahu apakah ada penimbunan atau gimana. Kalau datanya Kemendag bisa jadi datanya benar. Berarti kontradiksi dong? Orang kenyataannya barangnya nggak ada," ujar Sudaryono dalam konferensi pers virtual, Kamis (10/3/2022).
Fakta ini pun diperkuat oleh Ketua DPW Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Jawa Barat Nang Sudrajat berdasarkan data yang dimilikinya.
Nang Sudrajat membeberkan, minyak goreng sebesar 73.636.557 liter yang disebut Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi sudah terdistribusi di pasar Jawa Barat, kenyataannya barang dalam jumlah tersebut tidak ada.
"Data yang ada, (pasar) Jawa Barat itu yang melalui jaur APPSI itu baru 2 kota yang mendapat distribusi (minyak goreng) yaitu kota Sukabumi baru 1 tangki yang datang 2 minggu yang lalu dan kota Bandung 2 tangki datang 2 minggu yang lalu juga," beber Nang Sudrajat.
"Kalau hitungannya 73 juta liter, harusnya sudah tidak terjadi kelangkaan. Karena kalau 73 juta liter di bagi 27 kabupaten/kota, artinya Jawa Barat sudah memperoleh 2.703.703 liter minyak goreng. Jadi tidak mungkin ada kelangkaan. Jadi kemana itu barangnya?," sambungnya.
Nang Sudrajat juga menjelaskan, dari pengalaman di pasar Kota Bandung yang sudah mendapat distribusi minyak goreng, dalam satu kali minyak goreng didrop 1 tangki mobil, keesokan harinya sudah ludes terjual oleh pedagang pasar.
"Jadi kami melihat, ini persoalan data base dari Kemendag yang tidak mempunyai data base kebutuhan minyak goreng rilnya itu berapa," imbuhnya.
Dia pun menyarankan agar ada penghimpunan kekuatan antar stakeholder agar kebutuhan minyak goreng di setiap pasar tercukupi.
"Kenapa tidak dilakukan penghimpunan kekuatan. Misalnya APPSI punya jaringan sampai ke pasar terus dinas-dinas melalukan pengambilan ke distributor. Kenapa itu tidak dicoba dihimpun datanya ada berapa tangki yang sudah datang. Baru nanti dipetakan. Kota Bandung butuh berapa tangki per minggunya. Sementara sekarang tidak demikian," jelas Nang Sudrajat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.