Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fokus "Return" Tinggi, Investor Milenial Wajib Perhatikan Ini

Kompas.com - 13/03/2022, 20:19 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - BCA melihat investor milenial terus tumbuh, tetapi literasi keuangannya masih kurang.

EVP Divisi Wealth Management BCA Ugahary Yovvy mengatakan, jumlah investor retail di BCA naik 50 persen di tahun 2021. Dari jumlah ini, lebih dari setengahnya merupakan milenial.

Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat total ada 7,49 juta investor retail pada akhir 2021. Jumlah tersebut naik 93 persen dari tahun sebelumnya sebanyak 3,88 juta investor.

Baca juga: Softbank Mundur Investasi 100 Miliar Dollar AS di IKN, Apa Sebabnya?

Dari jumlah tersebut, investor retail yang berusia di bawah 30 tahun mencapai 60,02 persen pada akhir 2021.

"Meskipun jumlahnya sangat besar, investor milenial kadang hanya melihat return yang tinggi, asal kelihatan besar langsung masuk," kata dia pada Minggu (13/3/2022).

Di samping itu, tren investasi dinilai sedang bagus. Pasalnya, banyak orang semakin sadar pentingnya berinvestasi. Pertumbuhan jumlah milenial diikuti usia yang lebih tua.

Generasi di atasnya mulai berpikir agar kondisi keuangannya tidak terkikis dan dapat diwariskan ke anak mereka. Oleh karena itu, investasi jadi jalan yang mereka ambil.

Sementara, negara-negara maju seperti Amerika Serikat ia katakan juga mulai melirik pasar saham Indonesia. Artinya, potensi investasi di Indonesia kian baik. Belum lagi kemudahan investasi yang dapat dijangkau hanya lewat handphone.

Untuk menanggapi situasi tersebut, Yovvy memberikan beberapa tips untuk calon investor dan investor pemula dalam memasuki dunia investasi.

Pertama, pahami bahwa return atau keuntungan yang tinggi selalu berbanding lurus dengan risiko yang ada.

"Jangan percaya kalau ada yang tawari investasi yang risikonya nol, tetapi return-nya tinggi," tegas dia.

Selanjutnya, ia bilang ketika seseorang sudah paham risikonya atur komposisinya.

Seorang investor perlu mengukur berapa banyak dana yang siap diletakkan pada investasi dengan risiko tinggi. Apakah seorang investor siap kehilangan dana pada investasi dengan risiko tinggi.

Baca juga: Belajar dari Kasus Indra Kenz dan Doni Salmanan, Ini Cara Hindari Iming-iming Cuan Instan Investasi Bodong

Menurut dia, perhitungan ini sangat penting. Diversivikasi dalam berinvestasisangat penting. Jangan sampai semua uang yang Anda miliki diletakkan dalam satu jenis investasi, apalagi jika risikonya tinggi.

"Intinya, jangan letakkan semua telur Anda dalam satu keranjang yang sama," pesan dia.

Ketiga, selalu bekali diri dengan literasi yang cukup. Ia berpesan, jangan mudah ikut orang atau terbujuk rayuan orang dalam berinvestasi. Pahamilah kemampuan diri sendiri.

Baca juga: Benarkah Generasi Milenial Lebih Sulit Dapat KPR dari Bank?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com