Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perundingan Rusia-Ukraina dan "Lockdown" China Bikin Harga Minyak Dunia Anjlok

Kompas.com - 15/03/2022, 09:07 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia anjlok pada penutupan perdagangan Senin (14/3/2022) waktu setempat (Selasa pagi WIB).

Investor menggantungkan harapan pada upaya diplomatik Ukraina dan Rusia untuk mengakhiri konflik mereka, serta adanya kekhawatiran pasar terkait kondisi lonjakan kasus Covid-19 di China.

Mengutip CNBC, Selasa (15/3/2022), harga minyak mentah berjangka Brent turun 6,09 dollar AS atau 5,4 persen menjadi di level 106,58 dollar AS per barrel, sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 6,38 dollar AS atau 5,9 persen menjadi ke level 102,95 dollar AS per barrel.

Baca juga: Tidak Banyak Impor Minyak Rusia, Kenapa Harga Bensin di AS Terus Naik?

Pasar minyak global menjadi sangat bergejolak sejak Rusia melakukan invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu. Sejak invasi tersebut hingga saat ini harga minyak dunia sudah naik sekitar 40 persen.

Pada awal pekan lalu harga minyak mentah Brent sempat melonjak ke level 139 dollar AS per barrel, namun kini trennya terus menunjukkan penurunan sejak akhir pekan kemarin.

Setelah AS dan Inggris mengumumkan embargo impor minyak dari Rusia, harga minyak memang melambung. Namun, pernyataan Uni Emirat Arab (UEA) yang akan meningkatkan produksi minyak dan mendorong negara-negara OPEC melakukan hal yang sama, guna memenuhi kekosongan pasokan dari Rusia, membuat harga minyak dunia anjlok seketika.

Tren harga minyak dunia masih menunjukkan penurunan, terlebih ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam sebuah pertemuan, bahwa negaranya akan terus memenuhi kewajiban kontraknya pada pasokan energi. Rusia merupakan pengekspor minyak mentah terbesar ke-2 di dunia dengan kontribusi 7 persen dari total minyak global.

Kini, harga minyak mentah dunia kembali turun setelah AS menyatakan bahwa Rusia menunjukkan tanda-tanda bersedia melakukan negosiasi substantif mengenai Ukraina. Adapun negosiator Rusia dan Ukraina sudah melakukan perundingan pada akhir pekan kemarin dan berlanjut pada Senin. Negosiasi itu seibut menunjukkan kemungkinan adanya hasil positif dalam beberapa ke depan.

"Namun, selain pembicaraan baru antara Ukraina dan Rusia, saya kira lockdown di China adalah alasan awal minggu yang negatif untuk minyak mentah," ujar Analis UBS Giovanni Staunovo.

Baca juga: Negara Eropa Janji Berhenti Impor Minyak Rusia Tahun 2027

China merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia dan konsumen terbesar ke-2 setelah Amerika Serikat. Namun negara itu mengalami lonjakan kasus Covid-19 karena varian Omicron yang sangat menular menyebar ke lebih banyak kota, memicu wabah dari Shanghai ke Shenzhen.

Beban kasus baru harian Covid-19 di China telah mencapai level tertinggi dalam dua tahun ini. China pun menerapkan lockdown secara luas untuk membendung penyebaran Omicron, yang dapat menghambat permintaan minyak mentah oleh negara itu.

"Harga minyak mungkin terus melemah minggu ini karena investor telah mencerna dampak sanksi terhadap Rusia, bersama dengan pihak-pihak yang menunjukkan tanda-tanda negosiasi menuju gencatan senjata," kata Tina Teng, Analis di CMC Markets.

Baca juga: Reaksi Jokowi Saat Lihat Rak Minyak Goreng Kosong di Minimarket

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com