Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat Viral Butuh Dana Rp 200 Triliun, Yusuf Mansur: Itu Bukan buat Paytren

Kompas.com - 14/04/2022, 09:30 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ustadz yusuf Mansur disebut-sebut membutuhkan Rp 200 triliun untuk mendanai Paytren. Setelah sebelumnya sempat viral video dia menyebut membutuhkan uang Rp 1 triliun untuk Paytren.

Ustadz Yusuf Mansur mengklarifikasi bahwa uang Rp 200 triliun bukan untuk mendanai Paytren tetapi merupakan doanya kepada Tuhan.

"Terkait Rp 200 triliun, itu bukan buat Paytren. Ini doa udah bertahun-tahun saya panjatkan bersama kawan-kawan pimpinan dan pengasuh di Daqu (Pesantren Tahfizh Daarul Qur'an) bahkan per bulan. Sepanjang tahun, seumur hidup. Bukan cuma 1 kali Rp 200 triliun itu," jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (14/4/2022).

Baca juga: Ini Isi Curhat Lengkap Yusuf Mansur soal Masalah yang Membelit Paytren

Jika dia dikabulkan mendapatkan uang Rp 200 triliun, uang ini akan digunakan untuk membangun, mendirikan, dan mengembangkan rumah tahfizh Quran di seluruh Indonesia bahkan mancanegara.

Kemudian membangun jembatan penghubung antar desa, perumahan untuk orang-orang miskin dan tidak mampu yang nantinya perumahan tersebut akan diberi nama Kampung Quran. Menurutnya, saat ini sudah ada 11 Kampung Quran di seluruh daerah.

"Maka narasi Rp 200 triliun ini di antaranya adalah untuk membiayai dakwah, pendidikan, dan gerakan tahfizh," ucapnya.

Menurutnya, menginginkan uang Rp 200 triliun ini jika disandarkan kepada Tuhan akan memungkinkan untuk terwujud. Pasalnya, dia sudah pernah membuktikan hal ini sebelumnya.

Dia menjelaskan, selama ini sudah banyak donatur yang mempercayainya dan sumber dana dari sedekah para jamaah juga tidak sedikit untuk membantunya mewujudkan keinginan tersebut.

"Semoga ke depan, aksi-aksi korporasi, menemukan kesempurnaan dan jalan-Nya. Sekaligus selesai PR-PR keuangan. Insya Allah, aaamiin. Dan narasi Rp 200 triliun, bensr-bensr siapa tahu tetap ikut terwujud. Bukan konversian doang, tapi nyata memang duit cash, sesuai doa. aamiin," tuturnya.

Baca juga: Yusuf Mansur: Penggalang Sedekah, Manajer Investasi, Influencer Saham

Dari Rp 1 triliun menjadi Rp 200 triliun

Seperti diketahui, beberapa hari lalu video Ustadz Yusuf Mansur marah-marah terkait Paytren sempat viral di dunia maya.

Dalam video tersebut, Yusuf Mansur mengaku sudah melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan Paytren.

"Bisa saya ajak ngomong Anda semua, saya butuh duit satu triliun buat ngejagain Paytern, bisa? Mau Anda patungan? Mau?," ucap Yusuf Mansur sambil menggebrak meja dalam video yang viral tersebut.

Sebenarnya, video yang viral tersebut sudah diposting sejak 7 bulan yang lalu, tepatnya 26 Agustus 2021 oleh akun YouTube Paytren Official. Namun baru viral beberapa waktu belakangan.

Yusuf Mansur pun mengklarifikasi bahwa angka Rp 1 triliun yang disebutkan dalam video hanyalah perumpamaan. Dia menyebut kebutuhan dana untuk menyelamatkan Paytren ternyata lebih dari Rp 1 triliun.

Dalam akun Instagram pribadinya, @yusufmansurnew, Yusuf Mansur mengunggah tangkapan layar WhatsApp pada Minggu (11/4/2022). Ustadz kondang itu menyebut dana yang dibutuhkan untuk Paytren sebesar Rp 200 triliun per bulan.

"Salah itu. 200T. Itu 1T mah contoh doang. Hehehe. Bahwa jangan sampai salah jalan. Butuh ya butuh. Tapi kalau salah jalan, nanti malah ribet. Sip dah. Jadi bukan 1T. 200T per bulan. Hehehe," kata Yusuf dalam tangkapan layar tersebut, dikutip Senin (11/4/2022).

Dalam unggahan Instagram berikutnya, Yusuf Mansur menjelaskan dana Rp 200 triliun tersebut juga akan digunakan untuk rumah-rumah tahfizh, pesantren baru, mempekerjakan 300-500 orang, dan modal untuk Initial Public Offering (IPO).

"So far gini-gini dikabul-kabul saja oleh Allah. Dengan cara-cara lain. Cara-caranya Allah," kata dia.

Namun, saat ini postingan tersebut sudah dihapus dari akun Instagram @yusufmansurnew.

Baca juga: Apa Itu Paytren yang Bikin Yusuf Mansur Mencak-mencak di Video?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi 'Trading'

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi "Trading"

Earn Smart
Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Kunker di Jateng, Plt Sekjen Kementan Dukung Optimalisasi Lahan Tadah Hujan lewat Pompanisasi

Whats New
Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Sudah Masuk Musim Panen Raya, Impor Beras Tetap Jalan?

Whats New
Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Bank Sentral Eropa Bakal Pangkas Suku Bunga, Apa Pertimbangannya?

Whats New
Pasokan Gas Alami 'Natural Decline', Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Pasokan Gas Alami "Natural Decline", Ini Strategi PGN Jaga Distribusi

Whats New
BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

BTN Pastikan Dana Nasabah Tidak Hilang

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com