Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan Kredit Meningkat, Likuiditas Perbankan Aman?

Kompas.com - 20/04/2022, 19:24 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Permintaan kredit tengah berada dalam tren kenaikkan, seiring dengan terus membaiknya kondisi perekonomian nasional.

Hasil Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan Bank Indonesia (BI) menunjukkan, kebutuhan pembiayaan korporasi tercatat tumbuh meningkat pada Maret 2022 dibandingkan bulan sebelumnya.

Hal itu tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) permintaan pembiayaan korporasi sebesar 15,6 persen pada Maret, lebih tinggi dari Februari 2022 sebesar 14,3 persen.

Baca juga: Tren Pertumbuhan Penyaluran Kredit Baru Berlanjut, Ini Pendongkraknya

Perkembangan tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan pembiayaan sektor industri pengolahan, transportasi pergudangan, dan penyediaan makanan minuman terutama untuk mendukung aktivitas operasional.

Meskipun demikian, hasil survei permintaan pembiayaan rumah tangga pada bulan yang sama mengindikasikan penambahan pembiayaan melalui utang atau kredit oleh rumah tangga melambat.

Hasil survei menunjukan, dari proporsi responden rumah tangga yang melakukan penambahan utang pada Maret 2022 hanya sebesar 9,2 persen dari total responden, sedikit lebih rendah dibandingakn dengan 10,7 persen pada bulan sebelumnya.

Kondisi likuiditas perbankan

Di tengah tren kenaikkan permintaan pembiayaan dan kenaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah secara bertahap, kondisi likuiditas perbankan diyakini tetap terjaga.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, penyesuaian secara bertahap GWM rupiah tahap I tidak mengurangi kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit atau pembiayaan kepada dunia usaha.

Tercatat pada Maret 2022, rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) tercatat tinggi mencapai 32,11 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan AL/DPK bulan sebelumnya yang sebesar 32,72 persen.

"Dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 9,92 persen (yoy)," ujar Perry, dalam konferensi pers virtual.

Senada, Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro menilai kondisi likuiditas perbankan masih akan cukup longgar, selama pertumbuhan kredit masih belum menyentuh angka 10 persen atau lebih.

Pasalnya bukan hanya kredit saja, penghimpunan DPK diproyeksi masih tumbuh, dengan kecepatan yang sama dengan penyaluran kredit.

"Loan to deposit ratio-nya masih di antar 80-85 persen, masih relatif ample," kata Andry.

Oleh karenanya, meskipun saat ini permintaan pembiayaan mengalami kenaikkan Andry meyakini, perbankan masih memiliki kemampuan yang cukup untuk memenuhinya.

"Kapan likuiditas ketat? Kalau demand perusahaan tinggi, kredit tumbuh double digit, itu sudah mulai ketarik," ucap dia.

Baca juga: Dorong Pemda Belanja Produk Lokal, LKPP Minta Wali Kota Bandung Segera Persiapkan Kartu Kredit Daerah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Work Smart
Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Peringati Hari Buruh, SP PLN Soroti soal Keselamatan Kerja hingga Transisi Energi

Whats New
Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Cara Pasang Listrik Baru melalui PLN Mobile

Work Smart
Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Bicara soal Pengganti Pertalite, Luhut Sebut Sedang Hitung Subsidi untuk BBM Bioetanol

Whats New
Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Bahlil Dorong Kampus di Kalimantan Jadi Pusat Ketahanan Pangan Nasional

Whats New
Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Luhut Sebut Starlink Elon Musk Segera Meluncur 2 Minggu Mendatang

Whats New
Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sedang Dikaji, MTI Sebut Tak Perlu Diberi Subsidi PSO

Whats New
Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com