Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebab Minyak Goreng RI Mahal, Jokowi: Karena di Eropa dan Amerika Naik

Kompas.com - 25/05/2022, 10:51 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membeberkan pangkal penyebab meroketnya harga minyak goreng di Indonesia. Ia bilang, harga sembako ini naik tajam akibat meroketnya harga CPO global.

Menurut Jokowi, meski Indonesia berstatus sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, namun kenaikan harga minyak goreng dan CPO ini ada di luar kendali pemerintah. Kenaikan harga minyak sawit di Eropa dan Amerika, kata dia, jadi penyebab utamanya.

Pemerintah juga tak bisa serta merta mengatur harga minyak goreng yang dijual produsen, meskipun para pengusaha kelapa sawit menanam sawitnya di atas tanah negara, yang diberikan pemerintah ke pengusaha swasta melalui skema Hak Guna Usaha (HGU).

“Karena harga minyak goreng terutama di Eropa, di Amerika naiknya tinggi, harga di dalam negeri ketarik (naik harganya),” ucap Jokowi dikutip dari laman Sekretariat Presiden, Rabu (25/5/2022).

Baca juga: Benarkah Luhut Punya Bisnis Kelapa Sawit?

Pemerintah sendiri sebenarnya sudah menggulirkan sejumlah regulasi, seperti domestic market obligation (DMO) dan domestic price obligation (DPO) minyak sawit.

Kebijakan DPO dan DMO kemudian dicabut dan digantikan dengan larangan ekspor CPO dan turunannya per 28 April 2022. Belakangan, per 23 Mei 2022, Jokowi menganulirnya dengan mencabut larangan ekspor CPO dan kembali beralih ke kebijakan DPO dan DMO.

Utak-atik kebijakan tata niaga minyak sawit bukan sekali dua kali. Sebelumnya, pemerintah sudah memiliki kebijakan harga eceran tertinggi (HET).

Kebijakan HET minyak goreng juga akhirnya dicabut. Bukannya malah menyelesaikan masalah dengan penurunan harga, HET malah menimbulkan masalah baru, yakni kelangkaan minyak goreng kemasan.

Baca juga: Janji Jokowi: 2 Minggu Lagi, Harga Minyak Goreng Turun Jadi Rp 14.000

Jokowi kembali menegaskan bahwa saat ini dunia, termasuk Indonesia, dihadapkan pada kemungkinan kenaikan harga pangan dan energi yang signifikan.

“Tidak mudah, terutama dua hal di seluruh negara yang sekarang ini naik semuanya. Yang pertama, energi, energi ini berarti BBM, gas, listrik semuanya naik, semua negara. Yang kedua pangan, naik semuanya,” ujar Jokowi.

Dibukanya kembali keran ekspor ini sebetulnya telah diumumkan pada Kamis, 19 Mei 2022 lalu. Dalam pengumumannya, Presiden Jokowi menerangkan ada tiga pemicu mengapa aturan ini akhirnya dicabut.

Pertama, pasokan minyak goreng di dalam negeri yang sudah kembali melimpah. Jokowi mengklaim setelah larangan ekspor diberlakukan, pasokan minyak goreng yang pada Maret 2022 hanya 64,5 ribu ton per bulan naik jadi 211 ribu ton per bulan.

Baca juga: Bisakah Luhut Atasi Permasalahan Minyak Goreng di RI dalam 2 Minggu?

Kedua, penurunan harga minyak goreng curah. Jokowi mengatakan setelah larangan ekspor CPO diberlakukan harga minyak goreng curah yang rata-rata nasionalnya sempat tembus Rp 19.800 per liter berhasil turun menjadi Rp 17.200 - Rp 17.600 per liter. Ketiga, pertimbangan soal banyaknya pekerja di industri sawit.

“Akhirnya saya setop, setop minyak goreng enggak boleh ekspor. Tetapi itu juga kebijakan yang tidak mudah,” kata Jokowi.

Jokowi bilang, ia menghadapi kondisi yang dilematis. Setelah ekspor minyak goreng disetop, harga tandan sawit jatuh, dan ini terkait dengan 17 juta orang tenaga kerja, baik sebagai petani maupun pekerja.

Untuk menjamin kelangsungan para petani sawit, pemerintah memutuskan untuk mencabut larangan ekspor CPO dan turunannya meski harga minyak goreng di pasar tak kunjung turun di level yang diharapkan pemerintah.

“Negara ini mencari keseimbangan seperti itu tidak mudah, jangan dipikir gampang, tidak mudah. Begitu juga selain urusan petani, urusan pekerja di sawit, juga urusan income negara,” kata Jokowi.

Baca juga: Para Konglomerat yang Kaya Raya berkat Minyak Goreng

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com