Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggaran Mitigasi Perubahan Iklim Tak Terserap Sempurna, Sri Mulyani: Kalau Minta Rajin Banget...

Kompas.com - 28/06/2022, 16:06 WIB
Fika Nurul Ulya,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti anggaran belanja kementerian/lembaga (K/L) untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim selalu tidak terserap sempurna.

Padahal, K/L itu rajin meminta anggaran mitigasi perubahan iklim kepada Sri Mulyani. Namun setelah dialokasi, nyatanya tak terserap juga.

"Ini menggambarkan bahwa ternyata kalau sudah dialokasikan, enggak semuanya terserap. Menteri Keuangan kadang-kadang juga mikir kayaknya kalau minta rajin banget gitu, lho. Tapi pas makai ternyata enggak sampai di finish line," kata Sri Mulyani dalam Kongres Kehutanan Indonesia VII 2022 di Jakarta, Selasa (28/6/2022).

Baca juga: Bengkak, Kebutuhan Dana Mitigasi Perubahan Iklim Tembus Rp 4.002 Triliun

Bendahara negara ini mengungkapkan, jumlah anggaran mitigasi perubahan iklim yang tidak terserap rata-rata berkisar Rp 10-20 triliun. Tahun 2016 misalnya, dana mitigasi dan adaptasi perubahan iklim tidak terserap sekitar Rp 20 triliun, karena hanya terserap Rp 52,42 triliun dari Rp 72,35 triliun.

Kemudian di tahun 2017, dari alokasi Rp 95,58 triliun, yang terserap hanya Rp 85,01 triliun. Lalu pada tahun 2018, alokasi anggaran naik menjadi Rp 132,48 triliun namun terserap Rp 126,04 triliun.

"Tahun 2019 sebelum Covid-19 alokasi Rp 97,66 triliun, yang terserap Rp 83,54 triliun. Tahun 2020 kita semua potong anggaran karena untuk pandemi, tahun 2021 naik lagi Rp 104 triliun," ungkap Sri Mulyani.

Baca juga: Sri Mulyani: Indonesia Isinya Hutan sama Perikanan, Tapi Kontribusinya Hampir Tak Ada

Lebih rinci, terjadi perubahan alokasi yang cukup signifikan dari anggaran tersebut. Sejak tahun 2018, anggaran lebih banyak digunakan untuk adaptasi, sementara sisanya untuk anggaran mitigasi perubahan iklim.

Pada tahun 2018, anggaran mitigasi perubahan iklim Rp 72,39 triliun, sementara adaptasi Rp 48,64 triliun. Kemudian tahun 2019, dana mitigasi direalisasikan Rp 54,35 triliun dan dana adaptasi Rp 39,20 persen.

Lalu di tahun 2021, peningkatan dana adaptasi mencapai Rp 89,04 triliun. Sedangkan dana mitigasi hanya sebagian kecil, yaitu Rp 11,80 triliun.

"Sekarang lebih banyak untuk adaptasi. Apakah memang strateginya mau seperti itu, saya enggak tahu. Ahli-ahli di sini yang lebih paham. Apakah itu memang kita ingin komposisi untuk adaptasi dan mitigasi seperti yang ingin kita lakukan," sebut Sri Mulyani.

Baca juga: Penerapan Pajak Karbon Ditunda 2 Kali, Ini Alasan Sri Mulyani

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com