Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Henry Nosih Saturwa
Analis Bank Indonesia

Analis Senior di Bank Indonesia

Empat Strategi Antisipasi Pengendalian Inflasi

Kompas.com - 07/07/2022, 07:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KONFLIK Rusia dengan Ukraina telah berdampak signifikan terhadap terjadinya krisis energi di negara-negara maju dan terganggunya rantai pasok bahan makanan secara global. Hal ini tercemin dari tingginya angka inflasi di negara-negara  Barat seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Jerman.

Tercatat angka inflasi tahunan AS pada Mei 2022 mencapai 8,6 persen (year on year/yoy) dengan kenaikan harga tertinggi pada kelompok bahan makanan, bahan bakar, energi, dan gas alam. Demikian pula inflasi di Jerman pada periode yang sama mencapai 7,9 persen (yoy), sedangkan di Inggris mencapai 9,1 persen  (yoy) yang merupakan tertinggi dalam empat dekade terakhir dengan pemicu yaitu kenaikan listrik, gas, dan bahan bakar serta biaya hunian rumah.

Pemulihan ekonomi di beberapa negara maju sebelumnya telah mendorong penurunan pengangguran dan meningkatkan permintaan barang-jasa. Sebagai contoh, angka pengangguran di AS tercatat turun dari 4 persen pada Januari 2022 menjadi 3,6 persen pada April 2022 yang merupakan rekor terendah sejak periode pandemi.

Baca juga: Sri Mulyani: Jika Inflasi Tinggi, Masyarakat Semakin Sulit Beli Rumah

Namun, konflik geopolitik Rusia-Ukraina telah membatasi pasokan energi ke negara-negara Barat dan terhambatnya rantai pasok bahan makanan global. Hal ini berdampak pada ketidakseimbangan permintaan-penawaran barang dan jasa sehingga menjadi trigger tingginya inflasi.

Kondisi itu terkonfirmasi dari data inflasi inti (core inflation) AS sebesar 6,2 persen (yoy) pada Mei 2022 atau lebih tinggi dari yang diperkirakan. Demikian pula dengan inflasi inti di Inggris meningkat pesat menjadi 5,9 persen (yoy) pada Mei 2022 dari sebelumnya di kisaran 4,2 persen (yoy) di bulan Januari 2022.

Respon kebijakan

Untuk meredam gejolak inflasi, beberapa negara maju telah merespon dengan melakukan normalisasi suku bunga acuan bank sentral. Sepanjang tahun 2022 Bank Sentral Inggris telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali dalam kurun waktu enam bulan terakhir menjadi 1,25 persen. Pada periode yang sama, Bank Sentral AS telah menaikan suku bunga acuan sebanyak tiga kali dengan kenaikan tertinggi mencapai 0,75 persen pada Juni 2022.

Peningkatan suku bunga acuan secara agresif oleh otoritas moneter di negara-negara maju ditempuh untuk meredam gejolak inflasi yang semakin tinggi akibat perang Rusia-Ukraina.

Fenomena inflasi nasional

Berbeda dengan di negara maju, fenomena inflasi di Indonesia saat ini dipicu oleh kenaikan harga kelompok pangan bergejolak (volatile food). Data Badan Pusat Stastistik (BPS) mencatat bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni 2022 mengalami inflasi 0,61 persen (month to month/mtm) sehingga inflasi tahunan menjadi 4,35 persen (yoy).

Faktor pendorong inflasi pada periode laporan yaitu kelompok volatile food yang tercatat mengalami inflasi 2,51 persen (mtm) sehingga secara tahunan menjadi 10,07 persen.

Namun, inflasi kelompok barang yang diatur pemerintah (administered prices) tercatat 0,27 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 0,48 persen.

Baca juga: Sri Mulyani: Ketahanan Pangan RI Aman, tapi Waspada Tekanan Inflasi Pangan

Demikian pula dengan inflasi inti pada periode yang sama sebesar 0,19 persen (mtm) mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya 0,23 persen.

Tingginya inflasi komponen volatile food disebabkan gejolak harga komoditas hortikultura antar lain aneka cabai dan bawang merah serta telur ayam ras. Curah hujan yang tinggi di wilayah sentra hortikultura dan peningkatan harga pakan telah mendorong inflasi kelompok ini.

Fenomena inflasi dari sisi penawaran harus direspon melalui sinergi dengan kebijakan pemerintah melalui forum Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Forum ini beranggotakan kementerian teknis dan lembaga terkait beserta perwakilannya di daerah yang berwenang dalam menjaga ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga komoditas bahan makanan.

Empat strategi antisipasi

Bank Indonesia senantiasa mewaspadai efek rambatan (spillover effect) inflasi komoditas pangan dan energi global terhadap perkembangan inflasi nasional. Penguatan peran TPIP dan TPID harus dioptimalkan untuk mengantisipasi permasalahan struktural, khususnya dalam pengendalian inflasi sisi penawaran.

Langkah antisipasi yang dapat ditempuh tim pengendalian inflasi antara lain melalui strategi 4K yaitu menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif. Strategi keterjangkauan harga dilakukan dengan pemanfaatan anggaran belanja pemerintah dalam rangka stabilisasi harga. Sebagai contoh strategi ini yaitu dilakukannya operasi pasar untuk menjaga keterjangkauan harga komoditas pangan strategis misalnya beras, telur, dan daging menjelang hari besar keagamaan nasional.

Strategi ketersediaan pasokan dilakukan melalui program yang fokus pada pemenuhan pasokan pangan yang mudah diakses oleh masyarakat. Implementasi strategi ini dapat dilakukan melalui Gerakan Masyarakat (Germas) menanam komoditas penyumbang inflasi misalnya hortikultura di pekarangan rumah atau di dalam pot. Pemenuhan kebutuhan hortikultura secara mandiri skala rumah tangga akan berdampak pada penurunan tekanan permintaan di pasar yang pada akhirnya berkontribusi terhadap stabilitas harga.

Kelancaran distribusi dilakukan dengan mendorong dilakukannya kerjasama antar daerah (KAD) untuk pemenuhan pasokan komoditas pangan daerah. Pelaksanaan KAD didukung oleh neraca pangan daerah sebagai early warning system terjadinya gejolak pemintaan dan penawaran komoditas penyumbang inflasi. Digitalisasi pasar tradisional menjadi strategis untuk memperluas akses pasar para petani sekaligus mendorong efisiensi rantai distribusi.

Baca juga: Inflasi Tahunan Juni 2022 Tertinggi 5 Tahun, Ini Kata KemenkeuDan, yang paling penting adalah strategi komunikasi efektif untuk mengelola ekspektasi inflasi masyarakat. Beberapa program komunikasi antara lain melalui pemanfaatan teknologi informasi untuk mengantisipasi terjadinya informasi asimetris terhadap perkembangan harga di pasar. Pemberian apresiasi oleh Presiden Joko Widodo pada perhelatan Rakornas TPID tiap tahun akan menjadi saluran komunikasi efektif kepada seluruh elemen masyarakat dalam upaya menjaga stabilitas harga baik di pusat maupun daerah.

Semoga dengan semangat gotong royong di forum TPIP dan TPID, Indonesia mampu mengatasi tantangan gejolak inflasi baik yang dipicu dari faktor eksternal maupun internal dalam negeri.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com