Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Jika Inflasi Tinggi, Masyarakat Semakin Sulit Beli Rumah

Kompas.com - 06/07/2022, 20:30 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, meningkatnya inflasi akan membuat semakin sulitnya masyarakat membeli rumah. Lantaran, tingginya inflasi akan direspons bank sentral dengan menaikkan suku bunga, yang berimplikasi pada kenaikan biaya kredit.

Saat ini bank sentral di beberapa negara sudah menaikkan suku bunga acuannya sejalan dengan meningkatnya inflasi, meski Bank Indonesia (BI) memang belum mengambil kebijakan yang sama.

Baca juga: Inflasi Tahunan Juni 2022 Tertinggi 5 Tahun, Ini Kata Kemenkeu

Namun, ketika BI menaikkan suku bunga acuan seiring naiknya inflasi, maka suku bunga kredit turut naik, termasuk suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang akan membuat biaya membeli rumah semakin mahal.

"Jadi untuk membeli rumah 15 tahun mencicil di awal yang berat suku bunganya dulu, principal-nya di belakang. Itu biasanya karena dengan harga rumah tersebut dan interest rate sekarang harus diwaspadai karena cenderung naik dengan inflasi tinggi," ujarnya dalam acara Road to G20: Securitization Summit 2022 di Jakarta, Rabu (6/7/2022).

Baca juga: Subsidi Perumahan Rp 19,1 Triliun, Sri Mulyani: Angkanya Tidak Kecil, APBN Bekerja Keras

Sri Mulyani mengatakan, kondisi itu dikhawatirkan akan membuat masyarakat semakin sulit membeli rumah karena semakin melebarnya gap antara daya beli dan harga rumah.

"Maka masyarakat akan makin sulit untuk membeli rumah," imbuh dia.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan, saat ini ekonomi global memang tengah menghadapi lonjakan inflasi, yang utamanya dipicu inflasi pangan. Lonjakan inflasi terjadi seiring dengan naiknya harga komoditas akibat perang Rusia dan Ukraina.

Sejumlah negara sudah mengalami kenaikan inflasi yang tinggi bahkan berisiko memunculkan stagflasi. Seperti Amerika Serikat inflasi per Juni 2022 tercatat sebesar 8,6 persen, Italia 8 persen, Jerman 7,6 persen, dan Singapura 5,6 persen.

Baca juga: R&I Pertahankan Rating Utang RI, BI: Stabilitas Ekonomi Indonesia Terjaga

Indonesia sendiri mencatatkan inflasi sebesar 0,61 persen (month to month/mtm) pada Juni 2022, naik dibandingkan inflasi pada Mei 2022 yang tercatat sebesar 0,4 persen. Sementara secara tahunan (year on year/yoy) inflasi Juni 2022 tercatat 4,35 persen, atau yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Ia bilang, meski dalam tiga tahun terakhir ketahanan pangan nasional terjaga dengan kemampuan memproduksi beras dan sejumlah komoditas dari dalam negeri, namun pemerintah tetap mewaspadai gejolak inflasi global yang saat ini terjadi.

"Jadi ini enggak berarti terlena, karena ada tantangan dan tekanan inflasi pangan yang tetap harus diwaspadai," kata Sri Mulyani.

Baca juga: Kurs Rupiah Tembus Rp 15.000 Per Dollar AS, Ekonom: Baru Permulaan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com