Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi: Hati-hati yang Suka Makan Roti dan Mi, Harganya Bisa Naik

Kompas.com - 08/07/2022, 08:09 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan seluruh pihak untuk selalu mewaspadai kondisi rantai pasok pangan dan energi saat ini. Hal itu terutama untuk komoditas gandum, karena Indonesia merupakan importir gandum.

Pasokan gandum dari dua negara yang dilanda konflik, Rusia dan Ukraina, terhambat. Padahal dua negara tersebut merupakan produsen besar untuk gandum di pasar dunia.

“Ini hati-hati, yang suka makan roti, yang suka makan mi (instan), bisa harganya naik. Karena apa? Ada perang di Ukraina," kata Jokowi dikutip dari Antara, Jumat (8/7/2022).

Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, berbeda dengan komoditas seperti minyak goreng, gandum bukan merupakan produk Indonesia, sehingga pemerintah tak bisa mengendalikan kenaikan harganya.

Baca juga: Putin Sindir Sanksi Ekonomi AS, sampai Bawa-bawa Utusan Tuhan

"Kenapa perang di Ukraina mempengaruhi harga gandum? Karena produksi gandum itu 30-40 persen berada di negara itu, Ukraina, Rusia, Belarus, semua ada di situ,” jelas Jokowi.

Bahkan, kata Jokowi, beberapa negara sudah mengalami kekurangan pangan dan kelaparan karena terhambatnya pasokan pangan akibat perang Ukraina dan Rusia.

“Bayangkan, berapa ratus juta orang ketergantungan kepada gandum Ukraina dan Rusia? dan sekarang ini sudah mulai karena barang itu tidak bisa keluar dari Ukraina, tidak bisa keluar dari Rusia,” kata Jokowi.

Hasil lawatan ke Ukraina-Rusia

Sebelumnya, rangkaian kunjungan luar negeri Presiden Joko Widodo telah selesai pada Jumat (1/7/2022). Selama 7 hari kunjungan kerja di luar negeri, Jokowi mengunjungi Jerman untuk menghadiri konferensi tingkat tinggi (KTT) G7.

Kemudian, pertemuan bilateral dan misi damai di Ukraina dan Rusia dan terakhir mengunjungi Uni Emirates Arab (UEA).

Baca juga: Intip Gaji Polisi Berpangkat AKBP Setingkat Kapolres

Dalam lawatannya di Jerman, Ukraina dan Rusia, Jokowi menekankan, potensi munculnya krisis pangan yang akan berdampak luas terhadap negara berkembang.

Di Ukraina, usai pertemuannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Jokowi menjelaskan dampak pasokan pangan dari perang Rusia dan Ukraina.

Ia mengatakan, ada 22 juta ton gandum yang tidak bisa keluar dari Ukraina. Ditambah ada 55 juta hasil panen ke depan dari petani.

”Kalau ini enggak bisa keluar artinya yang bisa impor dari sini kan jadi pusing semuanya. Jumlah yang sangat gede sekali 77 juta ton. Bayangkan kalau tidak bisa keluar,” kata Jokowi sebagaimana dilansir dari pemberitaan Kompas.id.

Kepala Negara mengatakan, yang terpenting dalam kunjungannya ke Ukraina dan Rusia adalah mengupayakan titik temu di antara kepentingan kedua negara.

Menurut Jokowi, dengan titik temu tersebut diharapkan perang bisa berakhir. Persoalan pangan yang sangat genting dinilai dapat menjadi titik temu tersebut.

Baca juga: Intip Gaji Polisi Berpangkat AKBP Setingkat Kapolres

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com