Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunia Krisis Pangan, Jokowi Minta Pekarangan Kosong Ditanami

Kompas.com - 08/07/2022, 16:50 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut saat ini harga pangan dunia sudah mengalami lonjakan tinggi sejak beberapa bulan terakhir. Kondisi ini diakibatkan bentrok militer antara Rusia dan Ukraina.

Selain itu, menurut Jokowi, kenaikan harga pangan dunia juga disebabkan karena efek perubahan iklim hingga pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya normal. Hal ini pula yang juga terjadi di Indonesia.

Kenaikan harga pangan global ini juga semakin diperparah dengan adanya lonjakan harga energi di waktu bersamaan. Kondisi ini bisa mengancam beberapa negara ke jurang krisis.

"(Harga) pangan seluruh dunia naik. Ada yang naik 30 persen, ada yang naiknya 50 persen," ucap Jokowi dalam acara Hari Keluarga Nasional ke-29 di Medan seperti dikutip dari YouTube Sekretariat Negara pada Jumat (8/7/2022).

Baca juga: Jokowi Bandingkan Harga BBM RI dengan Singapura hingga Jerman

Kenaikan sejumlah bahan kebutuhan pokok di Indonesia sudah mulai terasa. Jokowi pun menyarankan agar masyarakat bisa memanfaatkan lahan kosong untuk bercocok tanam sehingga bisa menghasilkan panganan sendiri untuk kebutuhan dapur sendiri.

"Mau semua Bapak Ibu harganya naik? Ada yang mau coba ngacung, senang kalau harga pangan naik? Tunjuk jari, maju ke depan, saya beri sepeda, silakan maju ke depan," kata Jokowi di hadapan masyarakat Kota Medan.

"Oleh sebab itu, namanya kemandirian pangan penting, saya ajak bupati wali kota manfaatkan lahan-lahan sekecil apa pun nanam. Untuk memproduksi kebutuhan pangan sehari-hari. Penting, jangan sampai ada lahan kosong," kata dia lagi.

Tren kenaikan tren kenaikan harga pangan global ini juga merembet ke Indonesia. Dia mencontohkan, Indonesia yang merupakan salah satu importir gandum terbesar dunia juga harus menanggung beban.

Baca juga: Jokowi Tanya soal Harga BBM: Kalau Naik, Setuju?

Indonesia sangat bergantung pada impor gandum asal Rusia dan Ukraina. Konflik kedua negara itu akan berdampak pada produk yang mengandalkan bahan baku tepung terigu.

“Ini hati-hati, yang suka makan roti, yang suka makan mi (instan), bisa harganya naik. Karena apa? Ada perang di Ukraina," kata Jokowi.

Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, berbeda dengan komoditas seperti minyak goreng, gandum bukan merupakan produk Indonesia, sehingga pemerintah tak bisa mengendalikan kenaikan harganya.

"Kenapa perang di Ukraina mempengaruhi harga gandum? Karena produksi gandum itu 30-40 persen berada di negara itu, Ukraina, Rusia, Belarus, semua ada di situ,” jelas Jokowi.

Baca juga: Jokowi Ajak Rakyat Bersyukur Harga Beras Tidak Naik

Bahkan, kata Jokowi, beberapa negara sudah mengalami kekurangan pangan dan kelaparan karena terhambatnya pasokan pangan akibat perang Ukraina dan Rusia.

“Bayangkan, berapa ratus juta orang ketergantungan kepada gandum Ukraina dan Rusia? dan sekarang ini sudah mulai karena barang itu tidak bisa keluar dari Ukraina, tidak bisa keluar dari Rusia,” kata Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com