Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Mentah Dunia Kembali Turun, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 23/07/2022, 08:23 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com – Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan pada perdagangan Jumat (22/7/2022). Penurunan harga minyak didorong oleh prospek permintaan yang turun dan kenaikan produksi minyak Libya.

Mengutip Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Immediately (WTI) kontrak September 2022 turun 1,7 persen ditutup pada harga 94,7 dollar AS per barrel. Sementara itu, harga minyak mentah Brent di level 103,2 dollar AS per barrel atau melemah 0,6 persen.

Menurut Stephen Innes, pengelola partner di SPI Asset Management, pergerakan harga minyak mentah dunia pada perdagangan Jumat sangat volatile karena ekonomi global mulai menunjukkan arah perlambatan.

Baca juga: Erick Thohir Tunjuk Charles Sitorus Jadi Komisaris PLN

Dia mengatakan perlambatan ekonomi ini juga seiring dengan kebijakan bank sentral dunia untuk menaikkan suku bunga secara agresif, setelah sebelumnya menerapkan kebijakan moneter yang ulta longgar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di masa pandemi Covid-19.

"Segalanya masih negatif di bidang ekonomi, tetapi kami masih kekurangan struktural untuk minyak yang harganya bergerak cepat di tengah ketidakpastian akibat kondisi geopolitik," kata Stephen Innes seperti dikutip CNBC.

Innes mengatakan investor juga tengah menanti keputusan Federal Reserve AS pekan depan terkait dengan potensi kenaikan suku bunga. Sebelumnya, pejabat Fed telah mengindikasikan bank sentral kemungkinan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan 26-27 Juli mendatang.

"Kenaikan 75 basis poin sudah diperkirakan, berbagai update ke depan akan menjadi penting dalam memperkiran potensi kenaikan suku bunga, ini bagus untuk pertumbuhan global," kata Innes.

Baca juga: Lonjakan Harga Cabai Merah Bakal Kerek Inflasi

Di sisi lain, tanda-tanda melemahnya permintaan AS yang mulai terlihat membebani harga minyak dan mendorong nilai kontrak acuan yang turun sekitar 3 persen. Sementara itu, kekhawatiran pasar akan jumlah pasokan kini mulai mereda, setelah Libya melanjutkan produksi minyaknya di awal pekan ini.

“Produksi Libya pulih, tetapi dengan bentrokan di ibu kota tidak ada yang tahu berapa lama pemulihan produksi akan berlangsung,” kata Giovanni Staunovo, seorang analis di UBS.

Saat ini, Libya tengah dihadapkan masalah politik, di mana terjadi bentrokan antara faksi-faksi yang dinilai bisa memicu konflik baru. Staunovo juga mengatakan pasar masih mencermati perkiraan produksi awal OPEC untuk minggu depan.

Sementara itu, permintaan bensin serta bahan bakar sulingan di India menunjukkan kenaikan pada rekor tertinggi di bulan Juni 2022 meskipun harga lebih tinggi. Adapun nilai konsumsi produk olahan minyak naik 18 persen.

“Kilang minyak yang beroperasi juga terlihat cukup sibuk. Ini menandakan pemulihan yang lebih cepat dan kuat dari tahun-tahun sebelumnya, saat India dilanda Covid-19," kata analis RBC Michael Tran.

Baca juga: Alih Kelola Bandara Halim Perdanakusuma ke Swasta Harus atas Persetujuan Sri Mulyani

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com