JAKARTA, KOMPAS.com – Di tengah gejolak geopolitik Rusia dan Ukraina, pandemi Covid-19 dan perubahan iklim yang berdampak pada krisis pangan dunia, Badan Pangan Nasional/NFA (National Food Agency) telah memastikan Indonesia memiliki cadangan pangan yang aman dan cukup untuk memenuhi konsumsi masyarakat.
Namun demikian, upaya menjaga stok pangan nasional untuk jangka panjang perlu dilakukan dengan pembenahan sektor pertanian dari hulu hingga hilir, serta perubahan budaya konsumsi masyarakat.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, sudah saatnya masyarakat harus mulai membudayakan “kenyang tidak harus nasi”. Banyak ragam pangan lokal lainnya yang dapat menjadi sumber karbohidrat dan yang terpenting sesuai dengan kearifan lokal tiap daerah.
Baca juga: Waspadai Kenaikan Harga Gandum, Badan Pangan Nasional Dorong Penganekaragaman Pangan
“Beras memang merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia, bahkan ada yang bilang kalau belum konsumsi nasi, rasanya belum makan. Tapi sebenarnya, dengan keanekaragaman sumber pangan yang kita miliki terdapat banyak pilihan sumber karbohidrat selain beras yang tak kalah bergizi, seperti ubi jalar, ubi kayu atau singkong, talas atau keladi, jagung, sagu, sorgum, porang, dan masih banyak lagi,” ujarnya dalam siaran persnya, dikutip Kompas.com, Minggu (31/7/2022).
Arief mengatakan, untuk mendorong semangat penganekaragaman konsumsi pangan lokal yang beragam tersebut, Badan Pangan Nasional mencanangkan gerakan B2SA atau Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman.
“Gerakan B2SA ini berangkat dari keberagaman. Seperti yang kita ketahui di Indonesia terdapat banyak jenis pangan sesuai potensi daerahnya masing-masing yang bergizi dan juga aman,” ujarnya.
Gerakan B2SA akan terus dipromosikan dan disuarakan melalui berbagai media sehingga masyarakat dapat semakin mengenal ragam jenis pangan lokal, mencoba, hingga memanfaatkannya sebagai pangan alternatif, serta semakin mengetahui seperti apa pola konsumsi yang seimbang, serta aman.
“Kami juga akan menggerakan Dinas Urusan Pangan yang tersebar di 514 kab/kota dan 37 provinsi untuk semakin intensif mengkampanyekan gerakan ini kepada masyarakat di daerahnya. Salah satunya melalui penafaatan pekarangan rumah sebagai ladang untuk bercocok tanam komoditas pangan lokal,” jelasnya.
Baca juga: Indonesia Ajak Anggota G20 Berkomitmen Hadapi Tantangan Pangan Global
Arief mengatakan, hal tersebut sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo pada peringatan Hari Keluarga Nasional lalu yang mengajak seluruh keluarga di Indonesia memanfaatkan lahan pekarangan untuk bercocok tanam dan berternak guna memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.
Arief berharap, melalui pembudidayaan, pemanfaatan, dan peningkatan konsumsi pangan lokal yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman, maka ketahanan pangan masyarakat akan semakin terjaga karena tidak harus bergantung pada satu komoditas tertentu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.