Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Desa Ini Jadi Lebih Sejahtera Usai "Pindah Haluan" Jadi Petani Kopi

Kompas.com - 04/08/2022, 18:30 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Marni, petani dari desa Pabumbungan, Kecamatan Eremarasa, Kabupaten Banteng, mengaku kehidupannya menjadi lebih sejahtera usai dia menjadi petani kopi dari sebelumnya menjadi petani jagung pada 15 tahun lalu. 

Menurut dia, menanam kopi membuat kualitas hidup petani dan hutan Bantaeng semakin baik.

Dia bercerita, 15 tahun lalu ia beralih menanam kopi bersama suaminya. Ia dan suami mengelola 2 hektar lahan yang ditanami kopi arabika. 

Baca juga: Tingkatkan Pendapatan Petani Milenial Cianjur, Mentan SYL Fasilitasi Pembiayaan KUR Pertanian

Marni memilih kopi arabika sebab perawatannya lebih mudah sehingga memberikan penghasilan dan pendapatan yang lebih tinggi dibanding jagung. Ia mengaku, dulu saat menanam jagung, ia harus ke kebun setiap hari. Hal itu tentu menyita waktunya. 

“Begitu beralih menanam kopi, saya bisa ke kebun seminggu sekali, dan harganya tiga kali lipat jagung. Saya hidup lebih baik, menyekolahkan anak sampai membangun rumah berkat kopi,” kata Marni. 

Ia mengaku, sepanjang 2021 menghasilkan 130 liter biji kopi dari kebun yang digarapnya bersama suaminya.

Baca juga: ID Food Ajak UMKM dan Petani Angkat Budaya Teh Indonesia

Hasri, ketua Koperasi Akar Tani yang memasarkan kopi petani Bantaeng menambahkan, Bantaeng merupakan kabupaten pertama di Sulawesi Selatan bagian selatan yang memiliki izin pengelolaan lahan hutan.

Koperasi Akar Tani sendiri terbentuk pada 2016, untuk menjaga harga biji kopi mereka dan untuk menembus pasar yang lebih besar.

"Dulu kami hanya menanam kopi Robusta, tapi begitu ada izin ini kami bisa menghasilkan kopi Arabika yang harga jualnya lebih tinggi. Saat ini perbandingan produksi Robusta - Arabika di Bantaeng sekitar 50 - 50,” kata Hasri.

Baca juga: Petani di Manggarai Barat Masih Andalkan Sistem Tadah Hujan, Kementan Realisasikan Optimasi Lahan Kering

Pertanian berkelanjutan

Di Bantaeng, Sulawesi Selatan, terkenal sebagai penghasil kopi. 

Kopi merupakan sandaran hidup masyarakat Bantaeng, salah satu penghasil kopi yang utama di Sulawesi Selatan bagian selatan. Kopi Bantaeng ditanam di dataran tinggi, di hutan-hutan di kaki gunung Moncong Lompobatang.

Selama satu dekade, RECOFTC bersama petani Bantaeng mengembangkan pertanian berkelanjutan di hutan setempat. Praktik pertanian kopi berkelanjutan oleh masyarakat Bantaeng tersebut mampu menahan laju deforestasi dan meningkatkan tutupan hutan. 

"RECOFTC percaya bahwa hutan dan lanskap dapat tumbuh secara berkelanjutan dan berkeadilan jika masyarakat mendapatkan manfaat dari pengelolaan hutan,” kata Gamma Galudra, Direktur RECOFTC Indonesia, melalui keterangannya, Kamis (4/8/2022). 

Gamma menambahkan, Bantaeng memiliki hutan produksi terbatas 1.262 Hektar dan hutan lindung 2.773 hektar.

Dengan dukungan RECOFTC dan Universitas Hasanuddin, petani kopi Bantaeng mendapatkan izin pengelolaan lahan hutan selama 35 tahun. Berawal dari tiga desa, kini Bantaeng menjadi salah satu referensi dan pusat studi mengenai hutan desa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com