Menurut Popik terminal pertama yang menggunakan konsep tersebut adalah Terminal Dhaksinarga Gunung Kidul, Yogyakarta. Hal ini terbukti adanya toko UMKM dan kafe yang buka di sana untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang datang.
"Dengan penerapan konsep mixed use terminal yang dikerjasamakan dengan pemerintah daerah maka ekosistem menjadi tumbuh dan perekonomian mulai bergerak," ucapnya.
Kemudian diterapkan juga pada Terminal Mangkang di Semarang, yang lokasinya cukup jauh dari pusat kota yaitu sekitar 17 kilometer.
Lewat dukungan pemerintah Kota Semarang yang akan membuka 30 pelayanan publik di Terminal Tipe A maka perekonomian di terminal tersebut mulai tumbuh.
Berdasarkan data yang ada, Terminal Mangkang yang awalnya tidak disinggahi oleh bus, saat ini sudah 380 bus PO yang menaikkan dan menurunkan penumpang, dengan rata-rata satu bus membawa 10 penumpang.
Lalu konsep mixed use diterapkan pula pada Terminal Tirtonadi di Solo, yang bahkan sudah menjalankan ketiga fungsinya.
Event Asean Para Games 2022 dengan cabang Yudo dilakukan di terminal itu, serta konser musik God Bless juga pernah diselanggarakan di Convention Hall Terminal Tirtonadi yang dihadiri oleh 500 orang penonton.
"Jadi karena tidak ingin bangunan ini terbengkalai dan menjadi sisa-sisa maka konsep mixed use terminal pun diterapkan," tutup Popik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.