Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER MONEY] Tarif Ojol Resmi Naik | Singapura Tarik Kecap dan Saus ABC

Kompas.com - 08/09/2022, 05:00 WIB
Aprillia Ika

Penulis

 

4. Menaker: Pekerja di DKI Jakarta dengan Gaji UMP Rp 4,7 Juta Berhak Dapat BSU Rp 600.000

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah mengatakan pekerja di DKI Jakarta dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 4,7 juta tetap berhak menerima Bantuan Subsidi Upah (BSU) atau subsidi gaji Rp 600.000.

Hal ini karena berdasarkan aturan Menaker, bahwa penerima BSU adalah masyarakat dengan besaran gaji di bawah Rp 3,5 juta atau senilai upah minimum provinsi/kabupaten/kota.

“Pekerja di DKI Jakarta yang upah minimum provinsinya senilai Rp 4,7 juta, dia tetap berhak. Karena ketentuannya senilai upah minimum provinsi/kabupaten/kota. Jadi meskipun upah minimumnya Rp 4,7 juta (diatas Rp 3,5 juta) pekerja DKI Jakarta yang UMP-nya Rp 4,7 juta berhak dapat BSU ini,” kata Ida dalam Forum Merdeka Barat (FMB) 9 secara virtual, Selasa (6/9/2022).

Selengkapnya klik di sini

5. Sri Mulyani Sebut Jika AS dan Eropa Masuk Resesi, Harga Minyak Mentah Dunia Bisa Turun

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Amerika Serikat (AS) dan kawasan Eropa memiliki potensi resesi yang sangat tinggi. Lantaran, keduanya memiliki tingkat inflasi yang tinggi akibat ketidakpastian ekonomi global.

"AS dan Eropa jelas menghadapi potensi resesi sangat tinggi, karena inflasi mereka sangat tinggi, 40 tahun tertinggi sekarang ini," ujar Sri Mulyani dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, Rabu (7/9/2022).

AS mencatatkan inflasi sebesar 9,1 persen (year on year/yoy) pada Juni 2022, sementara di kawasan Eropa terdapat Inggris yang menjadi salah satu negara dengan inflasi tinggi yakni mencapai 10,1 persen (yoy) per Juli 2022.

Tingkat inflasi kedua negara itu mencapai level tertinggi dalam 40 tahun. Laju inflasi yang tinggi itu pun direspons oleh bank sentral di negara-negara maju dengan menaikkan suku bunga acuan dan mengetatkan likuiditas. Kebijakan moneter yang bertujuan menekan lonjakan inflasi itu, pada akhirnya akan berimbas pada pelemahan ekonomi.

"Tadinya kan kita lihat Bank Sentral AS dan Eropa menganggap bahwa inflasi ini temporer karena pandemi, tapi ada perang, dan sekarang minyak jadi instrumen perang," kata Sri Mulyani.

Selengkapnya klik di sini

Baca juga: Sri Mulyani Tantang 100 Ekonom Hitung Proyeksi Harga Minyak Mentah 2023

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com