Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agus Herta
Dosen

Dosen FEB UMB dan Ekonom Indef

Mewaspadai Potensi Kartel di Balik Swasembada Beras

Kompas.com - 17/09/2022, 11:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SUDAH tiga tahun berturut-turut Indonesia berhasil memenuhi kebutuhan makanan pokoknya secara mandiri.

Capaian tersebut ibarat mimpi yang menjadi nyata karena sudah lebih dari 30 tahun Indonesia berusaha untuk bisa kembali mandiri dalam memenuhi kebutuhan beras sebagai makanan pokoknya.

Pada 14 Agustus 2022, International Rice Research Institute (IRRI) memberikan penghargaan atas prestasi Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan nasional, khususnya beras. Capaian ini merupakan prestasi pemerintah yang luar biasa dan harus mendapat apresiasi dari seluruh lapisan masyarakat.

Pemerintah telah berhasil menciptakan dua terobosan dalam industri perberasan sebagai cikal bakal dari swasembada beras, yaitu perubahan pola perilaku konsumsi dan pola produksi.

Baca juga: IRRI Berikan Klarifikasi soal Misinformasi Penghargaan Swasembada Beras untuk Indonesia

Dari sisi pola perilaku konsumsi, pemerintah telah berhasil menciptakan diversifikasi pangan dengan mengubah perilaku konsumsi pangan masyarakat. Masyarakat yang terbiasa menjadikan beras sebagai makanan pokoknya, perlahan mulai berubah dan beralih ke bahan pangan lainnya seperti mi, roti, dan kentang.

Hal itu menjadikan permintaan pasar terhadap beras mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Menurut data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), sejak tahun 2011 rata-rata konsumsi beras per kapita per tahun mengalami penurunan.

Pada tahun 2011, rata-rata konsumsi beras per kapita per tahun mencapai 113,72 kg. Pada tahun 2019, rata-rata konsumsi beras per kapita per tahun turun menjadi 103,74 kg.

Dengan angka tersebut maka kebutuhan beras per tahun akan lebih rendah dari nilai produksinya.

Di sisi lain, pemerintah juga berhasil meningkatkan produktivitas lahan sawah dalam menghasilkan Gabah Kering Giling (GKG).

Dalam beberapa tahun terakhir, produktivitas sawah dalam menghasilkan GKG mengalami peningkatan dari sekitar 5,1 ton per hektar menjadi 5,4 ton per hektar.

Pembangunan infrastruktur pertanian yang telah dibangun pemerintah seperti bendungan, embung, dan jaringan irigasi diduga kuat menjadi faktor utama peningkatan produktivitas lahan sawah saat ini.

Presiden Joko Widodo saat meninjau langsung Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPadi) di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, pada Selasa (12/7/2022).Dok. Sekretariat Presiden Presiden Joko Widodo saat meninjau langsung Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPadi) di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, pada Selasa (12/7/2022).
Tercapainya swasembada beras ini diharapkan mampu berlangsung secara berkelanjutan sehingga mampu menciptakan ketahanan pangan dalam jangka panjang. Namun, untuk mewujudkan harapan ini sepertinya tidak akan semudah membalik telapak tangan.

Banyak cerita yang selama ini masih terpendam dalam struktur pasar dan industri perberasan yang berpotensi menghambat terjadinya swasembada beras secara berkesinambungan.

Struktur pasar

Struktur pasar dalam industri perberasan terbagi menjadi dua sektor, yaitu sektor hulu dan sektor hilir. Struktur pasar perberasan di sektor hulu belum mengalami banyak perubahan, masih warisan turun temurun dari masyarakat pertanian tradisional.

Halaman:


Terkini Lainnya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com