Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perekonomian Indonesia Dinilai MAsih Cukup Kuat Menahan Kenaikan Suku Bunga BI 0,5 Persen

Kompas.com - 20/09/2022, 21:20 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bahana TCW Investment Management menilai kondisi ekonomi Indonesia masih cukup kuat menghadapi kenaikan suku bunga Bank Indonesia atau BI rate.

Chief Economist Bahana TCW Budi Hikmat mengatakan, perekonomian Indonesia masih bisa menahan kenaikan BI rate hingg 50 basis poin atau 0,5 persen sampai akhir tahun ini.

"Dalam jangka pendek, Bahana TCW menilai kondisi ekonomi nasional masih cukup kuat menghadapi kenaikan suku bunga hingga 50 bps hingga akhir tahun 2022. Bahana TCW optimistis pertumbuhan ekonomi masih akan positif bahkan dapat menyentuh di atas 5,3 persen," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (20/9/2022).

Baca juga: BI Diprediksi Bakal Kembali Naikkan Suku Bunga Acuan

Menurutnya, meski saat ini kondisi perekonomian global masih belum pulih, namun di Indonesia terbilang beda.

Pasalnya, Indonesia relatif diuntungkan oleh fenemona inflasi global mengingat kenaikan harga income commodity seperti batu-bara, nikel dan CPO melebihi cost-commodity khususnya minyak mentah.

Dia menjelaskan, pada awalnya pemerintah mengendalikan transmisi inflasi global khususnya akibat kenaikan harga minyak mentah dengan terus meningkatkan alokasi subsidi energi hingga melebihi Rp 500 triliun.

Dia bilang, pemerintah punya alasan untuk mengalokasikan subsidi tersebut untuk pos yang lebih produktif dan berkeadilan seperti dalam bidang pendidikan, kesehatan dan perumahan.

Di sisi lain, langkah BI mengendalikan risiko inflasi sekaligus pergerakan nilai tukar rupiah menurutnya cukup bagus. Salah satunya dengan mengeluarkan kebihakan makroprudensial dengan menyerap kelebihan likuiditas yang digelontorkan selama pandemi Covid-19 berlangsung.

Dia juga mengapresiasi langkah BI dalam melakukan intervensi di pasar obligasi negara agar kurva imbal hasil untuk memberi acuan bagi perbankan dalam penetapan suku bunga kredit.

Baca juga: Bank Dunia: Kenaikan Suku Bunga Global Berpotensi Membuat Terjadinya Resesi pada 2023

Alasan BI Perlu Naikkan BI Rate

Dengan berbagai upaya pemerintah dan BI tersebut, maka pemulihan ekonomi Indonesia kini lebih kuat. Tercermin dari akselerasi penyaluran kredit perbankan yang sudah kembali pada level double digit.

Adapun laju tahunan pernyaluran kredit per Juli 2022 mencapai 10,5 persen atau mendekati pertumbuhan sebelum pandemi yang pada kisaran 12-13 persen.

Kendati kondisi ekonomi Indonesia lebih baik dari negara lain, Budi mengingatkan pelajaran pahit tahun 2013 ketika ekonomi Indonesia terlalu panas (overheated) yang dipacu laju penyaluran kredit yang terlalu pesat, melebihi 20 persen.

Selain memicu inflasi, overheated memperlebar defisit neraca berjalan yang sangat besar sehingga memicu currency risk rupiah.

"Selama tahun tersebut,kurs rupiah sempat anjlok 23 persen yang memukul pasar modal setelah the Fed mengumumkan akan melakukan pembatasan stimulus (tapering-off)," jelasnya.

Dia menjelaskan, laju penyaluran kredit saat ini nampak turut memicu inflasi inti yang pada Agustus 2022 lalu yang menyentuh 3,04 persen atau memenuhi target BI sebesar 3 persen plus minus 1 persen.

"Untuk memberikan arahan agar inflasi inti tahun depan terkendali, BI punya alasan untuk mulai melakukan normalisasi suku bunga namun tetap mendukung pemulihan ekonomi," ucapnya.

Dia melanjutkan, selain pertimbangan internal di atas, peningkatan suku bunga diperlukan untuk menjaga interest rate differential atau selisih suku bunga BI terhadap negara lain tetap kompetitif.

Sebab, saat ini hampir semua negara telah menaikkan tingkat suku bunga kecuali beberapa negara yang menghadapi tantangan perlambatan ekonomi seperti China, Turki, dan Rusia.

“Bisa dikatakan BI termasuk bank sentral yang menaikkan suku bunga lebih belakangan dibanding bank sentral di negara lain. Namun, langkah BI itu perlu diapresiasi. Selain agar tidak terlambat (behind the curve), normalisasi tingkat suku bunga juga ditujukan untuk menjaga attractiveness aset-aset domestik di mata asing serta menghindari out flow di pasar. Secara timing kenaikan suku bunga pada rapat dewan gubernur BI yang akan datang juga dinilai cukup baik, karena di hari yang sama, The Fed juga diekspektasikan akan menaikkan tingkat suku bunga sebesar 75 hingga 100 bps,” ungkapnya.

Dengan berbagai alasan tersebut, dia memperkirakan BI akan kembali menaikkan tingkat suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4 persen pada Rapat Dewan Gubernur BI pada 22 September 2022 mendatang.

Baca juga: Akhir Bulan Madu Suku Bunga Tabungan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com