Kabar terbaru, industri otomotif di Jerman dan di Jepang ternyata sampai menghentikan produksi mobil barunya karena kesulitan mendapatkan microchip, yang salah satu bahan bakunya adalah kuarsa kualitas tinggi.
Hal itu sangat bisa dipahami karena pasir yang satu ini berguna sebagai bahan penolong untuk sektor industri dari mulai industri ban, karet, semen, beton, keramik, tekstil, kertas, kosmetik, elektronik (microchip), cat, film, pasta gigi, dan lain-lain.
Tidak hanya itu, pasir kuarsa juga bermanfaat untuk industri genteng, metal dan logam. Apalagi jika dikaitkan dengan trend global dalam mendorong penggunaan teknologi tinggi di berbagai bidang.
Silikon dioksida, yang merupakan bubuk kristal amorf, biasanya memang digunakan dalam pembuatan tablet di industri farmasi sekaligus sangat penting dalam pembuatan cat dengan daya tahan tinggi di dunia industri.
Pasalnya, pasir kuarsa memiliki kemampuan menyerap kelembapan hingga 120 persen dari beratnya sendiri.
Namun, bila diperkuat dengan silikon ultra murni, boron, galium, fosfor atau arsenik, maka silikon dioksida menjadi sangat strategis.
Material ini menjadi bagian sangat penting di dalam industri elektronik, seperti pembuatan transistor dan sel surya yang kemudian akan digunakan sebagai semikonduktor dalam pembuatan microchip elektronik.
Sebagaimana diketahui, urgensi dan signifikansi microchip sudah tidak perlu diragukan lagi karena menjadi salah satu produk yang menghangatkan perang dagang antara China dan Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir.
Bagaimana Amerika Serikat sedemikian protektif terhadap Taiwan belakangan ini semata karena microchip yang diandalkan dari Taiwan.
Dengan kata lain, komoditas pasir kuarsa tidak saja menguntungkan secara bisnis, tapi juga berposisi strategis secara geoekonomi dan geopolitik.
Dan yang tak kalah menarik, Indonesia memiliki cadangan pasir kuarsa cukup banyak yang berada di banyak lokasi, mulai dari Kalimantan, Sumatera, sampai pulau Bangka.
Pasir kuarsa akan menambah varian komoditas ekspor nasional dari sektor pertambangan, yang akan memperbesar peluang Indonesia masuk ke dalam siklus "global value chain."
Di satu sisi, devisa negara akan berpeluang naik, bersamaan dengan penambahan kesempatan kerja di sektor pertambangan, yang berpotensi untuk menambah imunitas perekonomian nasional saat berhadapan dengan resesi global.
Dan di sisi lain, kapasitas daya tawar Indonesia di pentas pasar dunia juga akan ikut terkerek naik karena memiliki varian cadangan komoditas strategis dalam jumlah banyak pula.
Untuk itu, pemerintah sangat perlu menggalakkan berbagai macam aktifitas penelitian dan pengembangan untuk komoditas pasir kuarsa ini.