Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi Naik dan Rupiah Melemah, BI Bakal Naikkan Suku Bunga Lagi?

Kompas.com - 05/10/2022, 14:10 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju inflasi September 2022 mencapai 5,95 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau mencapai 1,17 secara bulanan (month on month/mom). Laju inflasi secara bulanan itu merupakan yang tertinggi sejak Desember 2014.

Di sisi lain, kurs rupiah masih melemah dengan bertahan di atas Rp 15.000 per dollar AS. Mengutip data Bloomberg pada Rabu (5/10/2022) pukul 11.30 WIB, rupiah berada di level Rp 15.207 per dollar AS, sementara data Jisdor BI pada penutupan Selasa (4/10/2022) berada di Rp 15.293 per dollar AS.

Direktur Eksekutif Segara Institut Piter Abdullah mengatakan, inflasi dan pelemahan rupiah merupakan faktor yang sangat mempengaruhi Bank Indonesia (BI) melakukan penyesuaian suku bunga acuan. Ia pun memperkirakan masih ada ruang untuk BI kembali menaikkan suku bunga seiring dengan rupiah yang terdepresiasi.

Baca juga: Suku Bunga BI Naik, Bunga KPR Subsidi Tetap 5 Persen

"Saat ini rupiah tertekan melemah cukup dalam. BI besar kemungkinan akan kembali menaikkan suku bunga acuan agar rupiah tidak terus tertekan melemah," ujarnya kepada Kompas.com dikutip Rabu (5/10/2022).

Begitu pula dengan Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman yang menilai bank sentral berpotensi kembali menaikkan suku bunga acuan. Hal itu mempertimbangkan tren kenaikan inflasi yang diperkirakan berlanjut hingga akhir tahun.

Pihaknya memperkirakan, laju inflasi di sisa tiga bulan tahun ini akan tetap tinggi di kisaran 6 persen (yoy). Sementara secara keseluruhan tahun diperkirakan tingkat inflasi nasional akan mencapai 6,27 persen.

"Oleh karena itu, kami melihat bahwa BI masih memiliki ruang untuk menaikkan BI-7DRRR menjadi 5 persen," ungkap Faisal.

Meski demikian, Ketua Komite Analis Kebijakan Ekonomi Apindo, Ajib Hamdani memiliki pandangan berbeda. Ia menilai, BI akan cenderung menahan suku bunga acuan karena kenaikan inflasi saat ini lebih disebabkan cost push inflation atau inflasi yang terdongkrak karena biaya-biaya produksi yang semakin tinggi.

Baca juga: Saat Kenaikan Suku Bunga AS Berdampak pada Banyak Negara...

"Kalau membuat kebijakan moneter dengan kembali menaikkan suku bunga acuan, resikonya ada di daya beli masyarakat yang makin melemah dan bertambahnya non performing loan (kredit bermasalah) di perbankan," jelasnya.

"Maka untuk menjaga agar pertumbuhan ekonomi tetap dalam tren positif, sebaiknya suku bunga acuan tetap bertahan sampai akhir 2022," imbuh Ajib.

Sebelumnya, BI telah memutuskan menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) sebesar 50 basis poin atau 0,50 persen menjadi 4,25 persen. Keputusan ini merupakan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 22 September 2022.

Kebijakan tersebut merupakan kenaikan suku bunga oleh BI untuk pertama kalinya setelah sejak Februari 2021 suku bunga dipertahankan di level 3,50 persen.

Keputusan kenaikan subung tersebut sebagai langkah front loaded, preemptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 3 persen plus minus 1 persen pada paruh kedua tahun 2023.

Selain itu, untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya, akibat tingginya ketidakpastian pasar keuangan global di tengah peningkatan permintaan inflasi domestik yang tetap kuat.

"BI juga terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi nasional," ucap Gubernur BI Perry Warjiyo saat konferensi pers, Kamis (22/9/2022).

Baca juga: Meski Suku Bunga Acuan Naik, Kredit Diprediksi Tumbuh Kuat 11 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com