Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akrindo Minta Pemerintah Evaluasi Rencana Kenaikan Cukai Hasil Tembakau 2023

Kompas.com - 10/10/2022, 21:00 WIB
Achmad Faizal,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Asosiasi Koperasi Ritel Indonesia (Akrindo) meminta pemerintah mengkaji dan evaluasi dengan seksama rencana kenaikan cukai hasil tembakau pada 2023.

Wakil Ketua Umum DPP Akrindo Anang Zunaedi mengaku sudah melayangkan surat kepada Presiden Joko Widodo agar mengevaluasi dan mengkaji rencana kenaikan cukai hasil tembakau pada 2023.

"Masyarakat sudah mengalami banyak kenaikan tahun ini, mulai harga BBM, bahan pokok dan dampak kenaikan cukai rokok," katanya melalui keterangan resminya, Senin (10/10/2022).

Selain masyarakat, sektor lain yang pastinya terdampak adalah koperasi ritel dan pedagang kecil. "Peritel kecil dan UMKM juga memiliki hak hidup dan sejahtera," jelasnya.

Anang menjelaskan pemaksaan kenaikan cukai rokok terbukti menaikkan inflasi dan menurunkan daya beli.

Baca juga: Cukai Hasil Tembakau Naik, Masyarakat Justru Berburu Rokok Harga Murah

Di Kota Malang, sesuai rilis BPS, kenaikan inflasi September 2022 didorong kenaikan harga bensin, beras, solar, rokok keretek filter dan angkutan umum.

Kenaikan harga rokok keretek filter seiring dengan kenaikan Cukai Hasil Tembakau (CHT) secara bertahap pada tahun 2022 sebesar 12 persen.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, dampak kenaikan cukai rokok otomatis menurunkan omzet peritel kecil.

"Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan yang tidak mempertinggi inflasi dan menurunkan daya beli," katanya.

Baca juga: Rencana Kenaikan Cukai Rokok Tahun Depan Perlu Pertimbangkan Nasib Buruh Tani dan Pekerja SKT

Kenaikan harga rokok menurut dia juga memaksa pedagang menambah modal untuk bertahan hidup.

Di Jatim, Akrindo membina 1050 ritel kecil. Kondisi mereka kesulitan modal imbas kenaikan harga terutama cukai rokok. Mereka yang kesulitan modal dan tidak mampu bertahan mengalami gulung tikar.

Di sisi lain, menambah modal itu cukup berat di tengah proses pemulihan ekonomi pascapandemi. Kondisi berat diperparah adanya ritel jaringan nasional merambah desa kian menggerus ritel kecil lokal.

"Ritel koperasi masih bisa eksis karena memiliki basis anggota. Yang ritel lokal kecil kolaps. Hasil survei, hadirnya ritel besar membuat 15-20 toko kelontong di sekitarnya radius 1 kilometer kolaps dan mati," ujarnya.

Baca juga: APPSI: Jika Cukai Rokok Naik 12-15 Persen, Pedagang Warung Bisa Tak Kuat Jualan Rokok

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com