Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Compassionate Leadership: Gaya Kepemimpinan Penuh Cinta

Kompas.com - 11/10/2022, 16:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Prinsip ini saya kira yang menjadi alasan mengapa budaya kerja Unilever begitu terbuka dan inklusif. Di Indonesia, Unilever telah membuat beberapa kebijakan yang berdampak sebagai bentuk kepeduliannya.

Unilever memberikan beasiswa kepada para penyandang disabilitas dan membuka kesempatan untuk merasakan budaya kerja Unilever melalui jalur magang.

Unilever melakukan ini sebagai upaya menciptakan inklusivitas dalam dunia kerja. Setiap orang berhak bekerja dan mendapatkan akses yang sama, termasuk para penyandang disabilitas.

Mereka juga layak mendapatkan akses sama dengan yang non-disabilitas karena yang dilihat adalah kompetensi kerja.

Direktur Sumber Daya Manusia Unilever, Willy Saelan, mengatakan bahwa Unilever Indonesia menjadi penggagas program ini dari seluruh market Unilever di dunia global.

Sebelum ini, kurang lebih dua dasawarsa sebelumnya, Unilever Indonesia mendirikan Unilever Indonesia Foundation (UIF).

Berdirinya UIF ini berawal dari kegelisahan CEO waktu itu, Nihal Kaviratne. Waktu itu dia melihat program pemberdayaan Unilever Indonesia kurang optimal, sehingga membutuhkan wadah agar penyalurannya bisa lebih efektif.

Selama 22 tahun berdirinya UIF, mereka telah memberikan kontribusi kepada masyarakat di bidang lingkungan dan sosial. Tidak mengherankan jika Unilever menjadi perusahaan favorit untuk bekerja.

Ada pula cerita menarik dari Tokopedia. Pada bulan Agustus 2022 lalu, saya membaca berita bahwa Tokopedia, perusahaan e-commerce yang kini tergabung dalam grup GoTo, menjadi perusahaan terbaik bagi para inovator.

Saya kemudian menggali lebih dalam mengapa mereka bisa mendapatkan gelar tersebut. Saat saya mencari alasannya, di bulan yang sama, Tokopedia mendapatkan penghargaan dalam manajemen talenta terbaik versi SWA dan LM FEB UI.

Dari berita ini saya mendapatkan gambaran utuh tentang alasan Tokopedia menjadi perusahaan terbaik bagi para inovator.

Tokopedia memiliki kebijakan sumber daya manusia yang menurut saya people-oriented. Tokopedia menyebut karyawan mereka sebagai Nakama.

Nakama adalah bahasa Jepang yang berarti teman. Tokopedia menganggap karyawan adalah teman mereka.

Untuk mengapresiasi kinerja Nakama mereka, pimpinan Tokopedia membuat sebuah award yang bernama Spot Award.

Mereka menciptakan ekosistem yang high-tech, high touch Nakama experience, yang dipercaya bisa membangun high-trust dan high-performance.

Berdasarkan visi tersebut, Tokopedia membuat kebijakan yang people-oriented seperti MyNakama dan Nakama well-being.

Tokopedia membuat sekat antara karyawan baru dan karyawan lama hilang karena setiap orang adalah keluarga.

Dua perusahaan ini berbeda dari model bisnis dan sektor pekerjaannya, tetapi mereka memiliki satu kesamaan: perusahaan mereka menunjukkan compassion terhadap orang-orang di sekitarnya.

Kebijakan yang compassion tidak bisa dilakukan jika tidak memiliki pemimpin yang mengutamakan kasih sayang.

Melalui kebijakannya, mereka menunjukkan bahwa orang-orang dan masyarakat adalah bagian penting dari perjalanan perusahaannya.

Karena kebijakannya tersebut, Tokopedia dan Unilever Indonesia mendapatkan penghargaan dan menjadi tempat favorit bagi para pencari kerja.

Compassionate leader berdampak positif bagi semua pihak, baik itu kepada orang yang dipimpin maupun yang memimpin.

Pemimpin memimpin beragam manusia dengan berbagai sifat, kepribadian, dan kebutuhan.

Memang menjadi karyawan dan pemimpin yang produktif sangat penting, akan tetapi produktivitas hanyalah hasil akhir yang muncul apabila pemimpin berhasil membuat karyawannya lebih engage dan memiliki sense of belonging.

Era saat ini mengedepankan kolaborasi dan gotong royong yang lebih intens dari sebelumnya. Pemimpin yang mengedepankan compassion akan menjadi pemimpin yang banyak dibutuhkan di masa depan.

Mereka akan mampu mengeluarkan potensi terbaik seluruh anggotanya untuk bisa berkarya dan berkontribusi untuk masyarakat.

Saya mengajak seluruh pemimpin saat ini dan masa depan untuk menjadi leader yang penuh kepedulian dan kasih sayang.

Mau dipedulikan dan mendapat kasih sayang? Maka mulailah tebar kedua hal tersebut dari diri kita terlebih dahulu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com