Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

28 Negara Jadi "Pasien" IMF, Menko Airlangga: Indonesia Harus Hati-Hati

Kompas.com - 13/10/2022, 14:10 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia harus waspada terhadap gejolak perekonomian global, sebab saat ini sudah sebanyak 28 negara yang menjadi "pasien" Dana Moneter Internasional (IMF).

Dia menyebutkan, berdasarkan laporan World Economic Outlook yang dirilis IMF pada Oktober 2022, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan menurun. Pada 2022 ekonomi global diproyeksi tumbuh 3,2 persen, lalu melambat di 2023 dengan diproyeksi tumbuh sebesar 2,7 persen.

"Bapak Presiden juga menyebutkan bahwa sudah ada 28 negara yang masuk dalam list meminta bantuan dari IMF, bandingkan dengan pada saat krisis finansial di Asia yang jumlah negara masuk pasien IMF jauh lebih kecil dari itu," ujarnya dalam acara Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2022, Kamis (13/10/2022).

Baca juga: Gara-gara Krisis dan Inflasi, Jokowi: 28 Negara Antre Jadi Pasien IMF

Airlangga mengatakan, Indonesia perlu berhati-hati dengan kondisi pelemahan ekonomi dunia itu, yang merupakan dampak dari the perfect storm atau tantangan 5C, yaitu pandemi Covid-19 yang belum selesai, memanasnya konflik Rusia-Ukraina, perubahan iklim, kenaikan harga komoditas, dan inflasi.

"Kita harus berhati-hati, saat ini kita menghadapi yang namanya the perfect storm atau tantangan 5C," kata dia.

Ia menyebutkan, saat ini lebih dari 55 negara mengalami perekonomian yang melambat, bahkan terkontraksi seperti Sri Lanka, Rusia, dan Ukraina. Tekanan inflasi pun telah membuat bank-bank sentral di berbagai negara mengetatkan likuiditas dan menaikkan suku bunga acuan.

Seperti Amerika Serikat yang suku bunganya sudah naik 300 basis poin, Uni Eropa sudah naik 125 basis poin, bahkan Indonesia pun sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin.

Meski demikian, ia menilai, laju inflasi Indonesia relatif moderat dibandingkan negara lainnya, seperti Amerika Serikat yang sudah di atas 8 persen dan Uni Eropa yang di atas 9 persen. Dia bilang, hal ini tak lepas karena adanya sinergi baik antara kebijakan fiskal dan moneter.

"Ekonomi Indonesia pun mampu tumbuh sebesar 5 persen selama tiga kuartal terakhir, dan di kuartal ketiga dan keempat kita juga berharap pertumbuhannya bisa mencapai target 5,2 persen," ungkap Airlangga.

Lebih lanjut, menurutnya, ketahanan Indonesia juga tercermin dari beberapa indikator yang tetap positif, seperti konsumsi dan investasi. Selain itu PMI manufaktur juga tercatat mencapai 53,7 di September 2022, serta kredit perbankan yang masih tumbuh 10 persen di Juni 2022.

"Dari segi resiliensi eksternal, neraca transaksi berjalan dan perdagangan mencatatkan surplus. Januari hingga Agustus neraca perdagangan surplus 35 miliar dollar AS. Demikian pula cadangan devisa dan rasio utang yang berada pada level aman," ucap Airlangga.

Baca juga: 28 Negara Antre Jadi Pasien IMF, Bahlil: Tidak Hanya Negara Berkembang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com