Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompasianer Suprihati

Blogger Kompasiana bernama Suprihati adalah seorang yang berprofesi sebagai Administrasi. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Alpukat, Si Emas Hijau dan Berkat yang Berkelanjutan

Kompas.com - 26/10/2022, 10:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Antara pasar dan lingkungan berkelanjutan

Peningkatan permintaan terhadap alpukat dan peningkatan produksi mesti berjalan beriringan. Potensi pasar alpukat mempengaruhi gairah budidaya. Kesadaran dan tren pola hidup sehat salah satu pemacunya.

Perkembangan produksi alpukat global sempat menuai kontroversi. Pemborosan air salah satunya. Produksi alpukat secara besar-besaran dengan pola monokultur ditengarai mengancam biodiversitas.

Intensifikasi penanaman dengan input budidaya dikhawatirkan merusak lingkungan. Limbah kimia dari input yang melebihi daya dukung secara alami berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan.

Hal itu menjadi tanda awas untuk bertindak bijaksana. Demi kelestarian Bumi, bukan hanya jejak karbon yang diperhatikan. Jejak air (water footprint) ditelaah untuk antisipasi kelangkaan air.

Begitupun pada produksi alpukat global. Menarik untuk menyimak kajian jejak air dan implikasi sosial-ekonomi pada produksi alpukat. Telaah konsumsi air untuk produksi alpukat dilakukan dengan mengambil data negara produsen besar. Kajian sosial ekonomi menunjukkan serapan tenaga kerja pada produksi alpukat [freshfruitportal.com].

Sinerginya adalah upaya penanaman alpukat dengan prinsip berkelanjutan. Alpukat memiliki nilai ekonomi yang tinggi (profit) dan melibatkan kehidupan sosial ekonomi warga (people). Namun, hal itu tidak boleh terlepas dari tanggung jawab pemeliharaan lingkungan (planet).

Kaidah sinergi 3 P (profit, people, planet) menjiwai produksi alpukat berkelanjutan.

Bagaimana dengan sistem produksi alpukat di Indonesia. Alpukat dibudidayakan melalui kebun rakyat berbasis pekarangan dan tegalan. Kebun rakyat dengan model kebun campuran, bukan monokultur. Dengan demikian, biodiversitas dan keseimbangan ekologi relatif dapat terjaga.

Tentunya tetap diperlukan pendampingan dari instansi terkait. Penerapan Low External Input for Sustainable Agriculture (LEISA) kiranya menjadi bagian dari produksi alpukat berkelanjutan di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com