JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot ditutup melemah pada sesi perdagangan Senin (31/10/2022) hari ini. Hal serupa terjadi pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jisdor.
Melansir data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 15.598 per dollar AS, melemah 0,28 persen. Dengan posisi ini, mata uang Garuda di pasar spot telah terdepresiasi 9,46 persen dari posisi awal tahun ini (year to date/ytd).
Jika mengacu Jisdor, nilai tukar rupiah juga terapresiasi. Pada sesi perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah Jisdor berada pada level Rp 15.596 per dollar AS, lebih tinggi dari perdagangan sebelumnya sebesar Rp 15.542 per dollar AS.
Baca juga: Pasar Menanti Keputusan The Fed, Nilai Tukar Rupiah Kembali Tertekan
Depresiasi rupiah selaras dengan meningkatnya indeks dollar AS. Mengacu data investing, greenback sampai dengan sore hari ini melonjak ke kisaran 111.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Irahim Assuaibi mengatakan, kenaikan indeks mata uang Negeri Paman Sam disebabkan oleh langkah antisipatif pasar jelang pengumuman hasil rapat kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Pasar meyakini, The Fed kembali menaikan suku bunga acuannya sebesar 75 basis points atau setara 0,75 persen pada Rabu (2/11/2022) waktu setempat.
Baca juga: Sektor Energi Melesat, IHSG Ditutup Hijau
"Namun, pasar juga bertaruh bahwa tanda-tanda dari beberapa tekanan inflasi yang berkurang akan mendorong The Fed untuk melunakkan sikap hawkishnya dalam beberapa bulan mendatang," tutur dia, dalam risetnya, Senin.
Seiring dengan menguatnya indeks dollar AS, terpantau sebagian besar mata uang Asia lain juga terdepresiasi, mulai dari yen Jepang (terkoreksi 0,43 persen), dollar Hong Kong (terkoreksi 0,01 persen), dollar Singapura (terkoreksi 0,22 persen), won Korea Selatan (terkoreksi 0,23 persen), peso Filipina (terkoreksi 0,23 persen), yuan China (terkoreksi 0,67 persen), hingga ringgit Malaysia (terkoreksi 0,06 persen).
Untuk sesi perdagangan Selasa (1/11/2022) besok, pasar akan mencermati rilis data Badan Pusat Statistik terkait inflasi RI periode Oktober 2022. Data diekspektasikan menunjukkan inflasi tahunan (year on year/yoy) di bulan Oktober naik 6 persen, menurut rilis kalender ekonomi dari tradingeconomics.com.
"Inflasi yang terus naik bisa menggerus pertumbuhan ekonomi dan ini bisa memberikan tekanan ke nilai tukar rupiah," kata Analis Sinarmas Futures, Ariston Tjendra.
Baca juga: Dipimpin Sektor Energi, IHSG Awal Sesi Menghijau
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.