Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Masih Jawasentris, Tapi Pertumbuhan Ekonomi Terbesar dari Indonesia Bagian Timur

Kompas.com - 07/11/2022, 20:10 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat struktur ekonomi terbesar di Indonesia pada Kuartal III 2022 masih dari Pulau Jawa sebesar 56,3 persen. Artinya, perekonomian Indonesia masih berpusat pada Pulau Jawa atau Jawasentris.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, setelah Pulau Jawa, struktur ekonomi Indonesia di periode ini yakni dari Sumatera sebesar 22 persen, Kalimantan 9,42 persen, Sulawesi 8,24 persen, Bali dan Nusa Tenggara 2,74 persen, serta Maluku dan Papua 2,43 persen.

"Jadi kalau dilihat secara spasial, ekonomi itu masih terkonsentrasi di Pulau Jawa," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Senin (7/11/2022).

Baca juga: Ekonomi Indonesia Makin Kuat, Tumbuh 5,72 Persen di Kuartal III-2022

Pertumbuhan Ekonomi Pulau Jawa Kalah Tinggi dari Indonesia Bagian Timur

Meski Pulau Jawa mendominasi struktur ekonomi dengan sumber utama dari sektor perdagangan serta informasi dan komunikasi, nyatanya pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa di kuartal ini hanya 5,76 persen atau lebih kecil dibandingkan wilayah Indonesia timur.

Adapun provinsi penyumbang ekonomi di Pulau Jawa ialah DKI Jakarta sebesar 1,65 persen, Jawa Timur 1,43 persen, Jawa Barat 1,39 persen, Jawa Tengah 0,80 persen, Banten 0,40 persen, dan DI Yogyakarta 0,09 persen.

"Kalau dilihat pertumbuhannya, pertumbuhan ekonomi di Indonesia di bagian timur ini menunjukkan pertumbuhan yang impresif. Pertumbuhan tertinggi di kelompok provinsi Pulau Sulawesi," ucapnya.

Dia melanjutkan, pertumbuhan ekonomi Sulawesi di Kuartal III 2022 merupakan yang tertinggi dibandingkan pulau lain di Indonesia, yakni 8,24 persen. Pasalnya, wilayah ini mendapatkan 'durian runtuh' akibat kenaikan harga komoditas.

Seperti diketahui, sektor utama penyumbang ekonomi Sulawesi ialah industri pengolahan serta pertambangan dan penggalian dimana komoditas bijih logam atau nikel dari Sulawesi Tengah yang menjadi komoditas penopang pertumbuhan.

Adapun provinsi penyumbang ekonomi terbesar di Pulau Sulawesi ialah Sulawesi Tengah 3,77 persen, Sulawesi Selatan 2,66 persen, Sulawesi Utara 0,80 persen, Sulawesi Tenggara 0,70 persen, Gorontalo 0,16 persen, dan Sulawesi Barat 0,15 persen.

"Di Sulawesi Tengah, untuk pertambangan memiliki share 15,41 persen dan ini merupakan sumber pertumbuhan terbesar kedua setelah industri pengolahan," jelasnya.

Baca juga: Orang Kaya Belanja Barang Mewah, Pertumbuhan Ekonomi Ikut Terdongkrak

Kemudian, pulau lain yang mendapatkan keuntungan dari naiknya harga komoditas global ialah Maluku dan Papua yang pertumbuhannya menjadi terbesar kedua setelah Sulawesi, yaitu 7,51 persen.

Sumber pertumbuhan Maluku dan Papua yaitu dari sektor pertambangan dan penggalian serta transportasi dan pergudangan.

Adapun daerah yang memberikan andil terbesar yaitu Provinsi Papua yang tumbuh 3,27 persen, Maluku Utara tumbuh 2,79 persen, Papua Barat tumbuh 0,78 persen, dan Maluku tumbuh 0,67 persen.

"Papua juga share pertambangan yang cukup besar yang di mana pertambangan di Papua itu memberikan kontribusi dalam ekonomi Papua itu sebesar 36,14 persen dan ini merupakan sumber utama pertumbuhan di Provinsi Papua. Kalau lihat komoditasnya itu adalah bijih logam atau emas," ungkapnya.

Berbeda dengan dua wilayah Indonesia bagian timur sebelumnya, sumber pertumbuhan ekonomi wilayah Bali dan Nusa Tenggara justru berasal dari berbagai event internasional yang dilakukan di Bali sehingga pertumbuhan ekonomi wilayah ini sebesar 6,69 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com