Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ajak Masyarakat Konversi ke Kendaraan Listrik, Menteri ESDM Ikut Konvoi Motor Listrik

Kompas.com - 21/11/2022, 08:04 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Kepala Staf Kepresidenan Indonesia Moeldoko bersama-sama konvoi mengendarai motor listrik di acara Electric Vehicle "FUNDAY" di Jakarta, Minggu (20/11/2022).

Acara ini merupakan bagian dari sosialisasi penggunaan motor listrik kepada masyarakat yang akan dilaksanakan dalam 4 minggu ke depan bersamaan dengan kegiatan Car Free Day (CFD). Dalam kesempatan itu, Arifin mengatakan, pihaknya terus mendorong program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) untuk mewujudkan penggunaan energi yang lebih bersih.

“Salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan melaksanakan program konversi sejak satu tahun yang lalu yang diinisiasi oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Kemudian, kita coba kegiatan ini," kata Menteri ESDM Arifin dalam keterangan pers.

Baca juga: Update Tarif Listrik Per kWh 2022, Cek Beda Listrik Subsidi dan Non-subsidi

Menurut Arifin, pertumbuhan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat cenderung terus meningkat. Hal ini akan berdampak pada konsumsi BBM yang meningkat. Salah satu upaya untuk menekan konsumsi BBM tersebut adalah dengan meningkatkan kendaraan listrik.

"Pertumbuhan kendaraan berbahan bakar BBM kecenderungannya naik terus, informasi dari Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas), total kendaraan roda dua berbahan bakar BBM itu ada 120 juta unit dan itu kencenderungannya naik terus 4-5 persen per tahun serta mobil BBM ada 20 juta lebih yang kecenderungannya juga naik terus," sambung Arifin.

Namun demikian, kebutuhan BBM tidak berbanding lurus dengan lifting migas nasional. Arifin mengatakan, turunnya lifting migas disebabkan karena sumur yang sudah tua, sehingga opsi pemerintah adalah impor BBM.

“Berbeda dengan kebutuhan BBM yang mengalami peningkatan, lifting migas nasional justru terus mengalami penurunan karena memang usia sumur yang sudah tua. Sementara permintaan BBM-nya semakin tinggi. Maka impor kita makin banyak, subsidi makin besar," jelas Arifin.

Arifin mengatakan, program konversi kendaraan listrik yang dilakukan Kementerian ESDM memiliki beberapa keuntungan, baik dari sisi biaya bahan bakar dan pergantian oli maupun emisi karbondioksida (CO2).

Dia merinci, hasil percobaan konversi motor listrik di atas 10 tahun jika menggunakan bahan bakar BBM untuk 30 KM akan menghabiskan BBM 1 liter. Misalnya, Pertalite dengan harga Rp 10.000, tetapi jika diganti dengan motor listrik hanya memerlukan daya listrik 1 Kilo Watt yang harganya Rp 1.600.

“Selain itu juga motor BBM setiap tahun harus ganti oli itu kurang lebih Rp 2-2,5 juta pertahun, dengan motor listrik hal itu tidak ada lagi," ungkap Arifin.

Selain penghematan, keuntungan lain adalah penurunan emisi CO2 yang sejalan dengan target net zero emission (NZE) pada tahun 2060.

"Jika 140 juta unit seluruh kendaraannya diganti dengan listrik, maka kita dapat mengurangi emisi 100 juta ton CO2 tiap tahun. Target kita 2060 emisi kita bisa nol, kita bisa pakai semua potensi energi baru yang ada di seluruh Indonesia," ujar Arifin.

Arifin menyakini program motor listrik ini akan menimbulkan efek berganda di sektor lainnya, seperti manufaktur hingga pertumbuhan bengkel-bengkel motor listrik.

"Saya yakin, kalau kegiatan ini bisa jalan, kegiatan ekonomi juga akan meningkat, mulai dari bengkel, manufacturing pabrik-pabrik yang membuat komponen motor listrik akan bergerak semua dan ini produksi Indonesia," tegas Arifin.

Pada kesempatan yang sama, Budi Karya Sumadi mangatakan menggunakan kendaraan listrik karena hal tersebut merupakan suatu keharusan dan bukan sebuah pilihan. Menurut dia, salah satu faktor pendorong bagi masyarakat untuk menggunakan kendaraan listrik adalah bahan bakar yang ramah lingkungan.

"Motor listrik itu keren, enak banget tidak ada suaranya, kenceng dan bisa ngebut. Idealisme itu salah satu faktor yang membuat masyarakat beralih ke EV. Faktor lainnya, energi yang lebih bersih, penghematan 75 persen per hari untuk pengeluaran bahan bakar dan untuk negara tentunya akan mengurangi besaran subsidi," kata Budi.

Dia juga mengatakan, dengan menggunakan kendaraan listrik maka tidak perlu menggunakan bahan bakar yang disubsidi oleh Pemerintah, dengan demikian subsidi dapat dialihkan ke sektor lainnya.

"Devisa yang selama ini kita hambur-hamburkan untuk subsidi bahan bakar fosil itu bisa dialihkan untuk subsidi yang lain," lanjut Budi.

Baca juga: Pengamat Transportasi: Euforia Kendaraan Listrik Jangan Hanya Berhenti Sampai KTT G20

Sementara itu, Kepala Staf Kantor Kepresidenan Moeldoko yang juga menjabat sebagai Ketua Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) mengungkapkan, terbitnya Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 2022 yang mengharuskan secara periodik untuk mengganti kendaraan-kendaraan yang ada di Pemerintahan Pusat/Daerah maupun TNI/Polri menjadi kendaraan listrik merupakan sebuah tantangan dan peluang.

"Inpres ini betul-betul menjadi tantangan dan peluang. Tantangan bagi Pemerintah karena harus mengadakan sejumlah barang untuk memenuhi kebutuhan di instansinya. Ini juga peluang bagi pengusaha, mestinya harus diambil karena mencari demand itu susah, tetapi sekarang justru suplai-nya yang tidak mencukupi," ungkap Moeldoko.

Sebagai informasi, penggunaan mobil listrik akan menghemat biaya bahan bakar dan perawatan sebesar Rp 17,62 juta per tahun. Manfaat bagi Pemerintah untuk 1 juta mobil listrik, menekan impor BBM 1,5 juta kilo liter, menyelamatkan devisa sebesar Rp 13,02 triliun, penurunan emisi CO2 3,21 juta ton per tahun, dan peningkatan konsumsi listrik 2,2 TWh per tahun.

Sedangkan untuk pengguna motor listrik (konversi dan baru) akan didapat penghematan biaya BBM sebesar Rp 2,68 juta per tahun. Manfaat bagi Pemerintah untuk 900.000 unit motor pada tahun 2025 adalah menekan BBM 0,32 juta KL per tahun, menekan kompensasi Pertalite Rp 48 miliar per tahun, penurunan emisi CO2 Rp 6,1 juta ton per tahun, dan peningkatan konsumsi listrik 0,38 TWh per tahun.

Baca juga: Menhub: Motor Listrik Lebih Irit 75 Persen Dibandingkan Motor BBM

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com