Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komisi IV DPR Kritik Kinerja Mentan SYL, Mulai dari Impor Beras hingga Data yang Berubah-Ubah

Kompas.com - 16/01/2023, 14:40 WIB
Elsa Catriana,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi IV DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Sudin mengkritik kinerja Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mulai dari impor beras hingga data yang kerap berubah-ubah.

Sudin menilai, kinerja Kementerian Pertanian (Kementan) masih terus menghadapi masalah yang sama, bahkan membuat kondisi pertanian di Tanah Air memburuk.

"Komisi IV menilai bahwa pembangunan pertanian masih menghadapi masalah yang klasik. bahkan di beberapa kesempatan menunjukan keadaan semakin memburuk," ujarnya dalam rapat kerja bersama Menteri Pertanian, Perum Bulog, Dirut PT RNI dan PT Pupuk Indonesia di DPR RI, Senin (16/1/2023).

Baca juga: Kata Mentan Stok Beras Surplus, Tapi Kok Impor?

Indikator pertama yang dikritik adalah meningkatnya impor beras dan komoditas pangan lainnya. Menurut Sudin, secara kasat mata produksi beras dan komoditas pangan lainnya tidak mampu memenuhi kebutuhan nasional sehingga pemerintah terpaksa mengeluarkan kebijakan untuk impor.

Sudin mengatakan, hal itu disebabkan oleh data yang ditunjukkan Kementan tidak sinkron dengan keadaan stok beras di lapangan.

Oleh sebab itu dia meminta agar dilakukan pembenahan data produksi dan stok beras untuk kepentingan kebijakan pemanfaatan ketahanan pangan nasional.

Lebih lanjut, Sudin menilai kinerja program yang ada belum berdampak signifikan terhadap pencapaian target nasional namun hanya berorientasi pada penyerapan anggaran bukan kepada pencapaian produksi nasional, seperti kondisi produksi daging sapi di Indonesia.

Berdasarkan catatan Komisi IV DPR, hasil produksi daging sapi terus menurun setiap tahunnya, jauh dari kebutuhan nasional.

"Bahkan di tahun lalu Indonesia malah terjangkit PMK yang sangat buruk terhadap pencapaian produksi daging nasional," jelasnya.

Baca juga: Bank Dunia Sebut Harga Beras Indonesia Paling Mahal Se-ASEAN, Mentan SYL: Kita Nomor 2 Terendah di Asia

Sudin juga menyinggung soal temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di Kementan yang menunjukan bahwa ada kegiatan atau program yang bermasalah bahkan gagal atau tidak mencapai target.

Salah satu contohnya adalah soal food estate di beberapa tempat.

Sudin mengaku Komisi IV sudah menyiapkan panitia kerja (panja) khusus untuk menganalisis kegagalan program food estate itu.

"Bahkan teman-teman mengusulkan bikin pansus (panitia khusus) karena di situ banyak data yang palsu," imbuh Sudin.

Selain itu, Sudin juga menilai komitmen Kementan masih rendah dalam membangun sektor pertanian. Kondisi itu, menurutnya, tercermin dari beberapa informasi dan data yang selalu berubah-berubah.

Sudin mengungkapkan masih sering terjadi ketidakkosistenan hingga maladministrasi, seperti pada proses pengisian jabatan struktural di kementerian tersebut.

"Sangat tidak akurat bahkan cenderung manipulatif. Banyak jabatan yang kosong tidak terisi," kata Sudin.

Baca juga: Mentan: Reshuffle Urusan Presiden, Saya Cuma Kerja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com