Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simak 5 Tantangan yang Dihadapi UKM Pasca-pandemi Covid-19

Kompas.com - 20/01/2023, 09:10 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memberkan hasil studinya yang bertajuk Studi B2B FMGC Marketplace Indonesia Outlook 2023.

Dalam hasil studi tersebut, Bhima membeberkan sejumlah tantangan yang dihadapi oleh UKM atau pelaku warung pasca-pandemi Covid-19.

Bhima menyebutkan tantangan yang dihadapi warung tradisional yang paling besar adalah kompetisi yang cukup ketat dengan para pemain minimarket atau toko modern. “Porsinya 36 persen, ada kompetisi yang cukup ketat,” ujar Bhima saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (19/1/2023).

Tantangan selanjutnya disebutkan Bhima adalah masalah gagal bayar dengan persentase 31 persen.

Baca juga: Kemenkop UKM Pastikan Pemberdayaan dan Perlindungan Koperasi Diatur dalam RUU Perkoperasian

Bhima menjelaskan, masalah gagal bayar merupakan salah satu hal yang menjadi kelemahan. Sebab, UKM di satu sisi diakui paling cepat tumbuh dibandingkan sektor lain, tetapi di sisi lainnya sektor UKM jugalah sebagian besar masih mengunakan transaksi tunai atau uang kontak keras.

Hal ini jugalah menurut Bhima membuat sebagain konsumen tidak langsung membayar secara kontan sehingga menimbulkan resiko untuk mengutang.

Kemudian, yang menjadi tantangan ketiga adalah tantangan lokasi yang tidak menguntungkan dengan persentase 27 persen.

"Ini klasik karena masih ada warung yang berdekatan dengan pemukiman sehingga dianggap ramai, tapi ada pula yang lokasinya kurang strategis, di mana omzetnya belum terlalu bersaing," jelas Bhima.

Baca juga: Potensi Crowdfunding Masih Terus Tumbuh, Aludi Bakal Gencar Edukasi Investor dan UKM

Tantangan ruang kios

Tantangan keempat adalah berkaitan dengan ruang kios dengan persentase 23 persen.

Menurut Bhima, ruang kios yang terbatas ini sebenarnya masuk ke dalam tantangan sekaligus juga peluang sebab ruang kios ketika terbatas justru semakin mendapatkan konsumen yang loyal.

“Seperti masalah soal 20 persen akses terbatas pada pembayaran dan akses pada pembiayaan. Jadi masalah financing di UKM atau warung ini juga masalah krusial yang bisa dijembatani platfom B2B arena mereka butuh ekspansi, pembiayaan, modal usaha, ini dibutuhkan agar kiosnya juga semakin besar, bisa menampung banyak barang,” jelas Bhima.

Sementara, tantangan kelima adalah terkait adanya ancaman pengangguran dengan persentase 1 persen.

“Ini yang menarik, karena jika melihat studi-studi lain yang non-UKM, kekhawatiran terhadap ancaman penganggurannya jauh lebih tinggi daripada UKM. Jadi pasca-pandemi Covid-19 ini UKM jauh lebih tangguh karena yang takut tutup permanen, takut dianggap jadi pengangguran itu relatif sangat kecil,” jelas Bhima.

Untuk diketahui, Studi B2B FMGC Marketplace Indonesia Outlook 2023 dilakukan bersama platform jual beli GudangAda pada November-Desember 2022.

Metode yang digunakan adalah literatur dari berbagai sumber baik primer maupun sekunder dan studi terdahulu yang relevan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com