Kinerja itu tak lepas dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2022 yang sebesar 7,2 persen, melanjutkan pertumbuhan di kuartal III-2022 yang sebesar 7,6 persen. Pertumbuhan ini ditopang konsumsi rumah tangga yang tetap solid, meskipun ada tekanan dari inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, realisasi pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,31 persen pada 2022, menjadi angka pertumbuhan tertinggi sejak 2013. Kinerja ini seiring dengan terjaganya pertumbuhan di kisaran 5 persen secara kuartalan.
Pada kuartal I-2022, tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,01 persen, lalu pada kuartal II-2022 sebesar 5,44 persen, kuartal III-2022 sebesar 5,72 persen, serta pada kuartal IV-2022 sebesar 5,01 persen.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu juga sudah melampaui level sebelum pandemi Covid-19. Hal ini tercermin dari nominal produk domestik bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku (ADHB) maupun atas dasar harga konstan (ADHK).
Pada 2022, PDB berdasarkan ADHB tercatat sebesar Rp 19.588,4 triliun, lebih tinggi dari ADHB tahun 2019 yang sebesar Rp 11.710 triliun. Sementara PDB berdasarkan ADHK tercatat sebesar Rp 11.710,4 triliun pada 2022, lebih tinggi dari ADHK pada 2019 yang sebesar Rp 10.950 triliun.
Menurut laporan Department of Statistics Singapore, pertumbuhan ekonomi Singapura mencapai 3,8 persen di sepanjang 2022. Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan perkiraan awal pemerintah Singapura yang sebesar 3,5 persen.
Meski begitu, pertumbuhan ekonomi Singapura pada tahun lalu melambat dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 7,6 persen.
Kinerja ekonomi Singapura memang menunjukkan perlambatan pada kuartal IV-2022 dengan tumbuh 2,1 persen, di bawah ekspetasi pasar yang sebesar 2,3 persen. Ini sekaligus menjadi pertumbuhan terlemah sejak kuartal I-2021.
Ekonomi Singapura mengalami perlambatan pada perdagangan grosir, perdagangan eceran, transportasi, makanan dan minuman, serta di sektor keuangan. Industri manufkatur juga menyusut, meskipun untuk aktivitas konstruksi mengalami peningkatan.
Baca juga: Apindo Sebut Pertumbuhan Ekonomi RI Tidak Berkualitas, Apa Alasannya?
Thailand belum melaporkan realisasi pertumbuhan ekonomi di sepanjang 2022, rencananya rilis data akan dilakukan Dewan Pembangunan Ekonomi dan Sosial Nasional Thailand (NESDC) pada 17 Februari 2023 mendatang.
Meski begitu, berdasarkan proyeksi IMF dalam laporan World Economic Outlook terbitan Januari 2023, pertumbuhan ekonomi Thailand diproyeksi mencapai 3,2 persen pada 2022, membaik dari realisasi pertumbuhan pada 2021 yang sebesar 1,6 persen.
Pada kuartal III-2022, ekonomi Thailand tercatat tumbuh 4,5 persen, melanjutkan pertumbuhan dari kuartal II-2022 yang sebesar 2,5 persen. Kinerja ini didukung belanja swasta yang kuat menyusul pelonggaran pembatasan Covid-19, pemulihan pasar tenaga kerja, kenaikan investasi swasta, pertumbuhan ekspor, serta kinerja manufaktur yang menguat.
Kamboja belum merilis data pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022. Namun menurut prospek ekonomi yang dirilis oleh Bank Nasional Kamboja pada Januari 2023, pertumbuhan ekonomi negara itu diperkirakan sebesar 5,1 persen pada 2022.
Proyeksi itu sejalan dengan perkiraan IMF dalam laporan Regional Economic Outlook Asia and Pasific edisi Oktober 2022, di mana pertumbuhan ekonomi Kamboja pada 2022 akan mencapai 5,1 persen, menguat dari realisasi pada 2021 yang sebesar 3 persen.
Begitu pula dengan Timor Leste, menurut proyeksi dalam IMF Executive Board Concludes 2022 Article IV Consultation with Timor-Leste edisi September 2022, pertumbuhan ekonomi negara ini akan sebesar 3,3 persen pada 2022.