Generasi Beta merupakan generasi muda pertama yang merasakan alam kemerdekaan.
Generasi Theta adalah generasi yang hidup bersamaan dengan masa Orde Baru, yang dibentuk dengan pendidikan berorientasi developmentalisme.
Sedangkan generasi terakhir dinamai Generasi Phi atau Pengubah Indonesia. Generasi ini lahir, bersekolah, dan mengalami pergaulan masa muda di masa reformasi dan setelahnya.
Masa di mana kultur politik Inonesia lebih terbuka kemudian diikuti fenomena ledakan perkembangan teknologi informasi pada level global.
Generasi Phi adalah generasi muda saat ini yang merintis jalan menuju Bonus Demografi tahun 2030. Generasi Phi (bukan milenial) harus kembali pada akar keindonesiaannya.
Kembali ke akar bukan hanya dalam konteks atribut dan identitas diri, tetapi juga kembali ke akar guna memahami potensi Indonesia yang belum dimaksimalkan secara optimal serta memetakan tantangan zaman bagi konteks masyarakat Indonesia.
Jika sesuai dengan proyeksi pada tahun 2030 nanti, Generasi Phi yang akan mengisi ruang-ruang produktivitas dan kepemimpinan di Indonesia.
Kepada merekalah harapan keberhasilan Bonus Demografi Indonesia tersemat. Generasi Phi yang berada di usia produktif akan menempati posisi dominan dalam postur demografis Indonesia.
Momentum ini diharapkan oleh berbagai pihak, baik domestik maupun global akan menjadi batu loncatan bagi Indonesia untuk menjadi kekuatan ekonomi terbesar kelima di dunia.
Namun apakah sesederhana itu jalan Generasi Phi?
Jika generasi-generasi muda di masa lalu kerap dihadapkan dengan instabilitas, Generasi Phi sebenarnya cukup beruntung karena tumbuh kembang dalam kondisi yang relatif stabil, baik segi politik maupun ekonomi.
Perkembangan teknologi Informasi yang terjadi di dunia, cukup dapat diimbangi dengan kebebasan berpendapat dan berpartisipasi dalam politik yang dijamin konstitusi.
Meski begitu, Generasi Phi harus realistis dengan pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan, yang sifatnya dapat berasal dari struktural-eksternal ataupun kultural-internal.
Misalnya dalam bidang pendidikan, terlihat jelas ketertinggalan Indonesia untuk menyiapkan generasi muda.
Merujuk pada laporan Program Asesmen Pelajar Internasional (PISA) terakhir tahun 2021, pelajar Indonesia hanya menempati urutan ke-62 dari 70 negara dengan skor 371 dari rata-rata skor 487.