NEW YORK, KOMPAS.com – Bursa saham AS atau Wall Street berakhir hijau pada perdagangan Kamis (6/4/2023) waktu setempat. Pergerakan harga saham sepanjang hari Kamis dibayangi oleh rilis laporan tenaga kerja yang lemah.
S&P 500 pada akhir perdangan ditutup naik 0,36 persen, Indeks acuan saham teknologi Nasdaq juga menguat 0,76 persen, dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik tipis 0,01 persen. Dalam pekan pendek ini, S&P 500 masih kehilangan 0,1 persen dan membukukan penurunan pertama dalam sebulan. Sementara itu, Nasdaq dalam sepekan melemah 1,1 persen, dan DJIA naik 0,6 persen dalam minggu ini.
Pasar tetap bergejolak karena klaim pengangguran mingguan terbaru lebih tinggi dari ekspektasi. Hal ini menambah sinyal bahwa terjadi perlambatan dalam pertumbuhan pekerjaan. Sementara itu, rilis gaji swasta ADP jauh di bawah ekspektasi pada bulan Maret. Adapun jumlah lowongan kerja yang tersedia berada di bawah 10 juta pada bulan. PHK juga melonjak hampir lima kali lipat sepanjang tahun ini dibanding tahun lalu.
Baca juga: Wall Street Ditutup Melemah, Nasdaq Terkoreksi Paling Dalam
Selama beberapa bulan terakhir, investor menyambut tanda-tanda pendinginan ekonomi dengan harapan dapat mendorong Federal Reserve untuk mengubah arah kenaikan suku bunga. Tapi mereka sekarang bertanya-tanya apakah bank sentral telah bertindak terlalu jauh dalam upayanya untuk mendinginkan inflasi, dengan memperketat ekonomi hingga ke titik resesi.
"The Fed membangun tembok dengan (kenaikan) suku bunga dan sekarang ekonomi sedang terdampak," kata Jamie Cox, mitra pengelola di Harris Financial Group mengutip CNBC.
Baca juga: Wall Street Bertahan di Tengah Rencana Pemangkasan Produksi Minyak OPEC+
Perdagangan Kamis menutup pekan pendek, menjelang Jumat Angung. Sejauh ini, pasar masih memantau laporan pekerja di bulan Maret yang akan diumumkan pada Jumat pagi waktu setempat. Sementara itu, Nonfarm payrolls telah menunjukkan pertumbuhan yang solid meskipun ada pemutusan hubungan kerja di sektor teknologi dan keuangan, tetapi banyak yang percaya bahwa tren tersebut akan segera berbalik.
“Data klaim pengangguran memberikan kepercayaan pada gagasan bahwa kenaikan suku bunga Fed mulai mendinginkan pasar tenaga kerja dan memperlambat ekonomi. Kemungkinannya jauh lebih tinggi untuk menyebabkan resesi, dan bahkan resesi yang signifikan daripada yang diyakini kebanyakan orang saat ini,” kata Chris Zaccarelli, CIO di Independent Advisor Alliance.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.