Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terus Merugi, Toko Buku Gunung Agung Akan Tutup Semua "Outlet"-nya

Kompas.com - Diperbarui 22/05/2023, 06:07 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Kabar suram soal penutupan Toko Buku Gunung Agung kini mulai menemukan titik terang. Sebelumnya, toko buku legendaris ini disebut-sebut melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal kepada ratusan pegawainya.

PT Gunung Agung Tiga Belas yang menaungi Toko Buku Agung mengumumkan akan menutup semua cabang toko atau outlet-nya di berbagai kota karena terus menderita kerugian.

Sejatinya, penutupan sebagian outlet sudah dilakukan sejak 2020. Beberapa toko buku yang ditutup antara lain berada di Surabaya, Semarang, Gresik, Magelang, Bogor, Bekasi, dan Jakarta.

Yang teranyar, manajemen memastikan akan menutup semua toko buku yang tersisa pada 2023. Keputusan ini terpaksa dilakukan karena biaya operasional tidak bisa ditutup dari pendapatan penjualan buku.

Baca juga: Ada Kabar PHK Massal Ratusan Pekerja Toko Buku Gunung Agung Kwitang

"Keputusan ini (Toko Buku Gunung Agung tutup) harus kami ambil karena kami tidak dapat bertahan dengan tambahan kerugian operasional per bulannya yang semakin besar," kata manajemen PT Gunung Agung Tiga Belas dalam keterangan resminya, Minggu (21/5/2023).

Manajemen juga membantah bahwa kerugian perusahaan semata karena dampak pandemi Covid-19. Toko buku yang berkantor pusat di Kwitang, Jakarta Pusat, ini mengumumkan, kerugian bisnis sudah terjadi sejak bertahun-tahun sebelumnya.

"Dan tidak sebanding dengan pencapaian penjualan usaha setiap tahunnya, yang mana semakin berat dengan terjadinya wabah pandemi Covid-19 di awal tahun 2020," tulis manajemen.

Sebagai informasi, Gunung Agung merupakan salah satu toko buku legendaris di Jakarta. Toko ini sudah ada sejak 1953 di Jakarta.

Baca juga: Penjelasan Direksi Toko Buku Gunung Agung soal Kabar PHK Ratusan Karyawan

Pemilik Toko Buku Gunung Agung

Dikutip dari Kontan, pendiri Toko Gunung Agung adalah Tjio Wie Tay atau juga dikenal dengan Haji Masagung. Ia memulai bisnisnya dari kios sederhana yang menjual buku, surat kabar, dan majalah dengan nama Thay San Kongsie.

Bisnis penjualan buku dan surat kabarnya semakin tumbuh besar. Haji Masagung kemudian mendirikan Firma Gunung Agung yang lini bisnis utamanya adalah importir buku dari luar negeri.

Usaha lainnya Firma Gunung Agung adalah menjadi penerbit buku. Bisnisnya terus membesar, ia bahkan mendirikan Toko Buku Gunung Agung di Kwitang dalam satu bangunan besar empat lantai.

Tak hanya Toko Buku Gunung Agung, keluarga Haji Masagung juga mendirikan toko bernama Toko Buku Walisongo yang berfokus pada penjualan buku-buku islami.

Baca juga: Panic Buying Landa Malaysia, Warga Saling Berebut Air Minum

Lokasi Toko Buku Walisongo pun masih berada di Kwitang tak jauh dari Toko Buku Gunung Agung. Bisnis Haji Masagung semakin meluas.

Haji Masagung juga merambah bisnis money changer bernama Ayumas Gunung Agung yang masih satu lokasi dengan Toko Buku Gunung Agung, perusahaan investasi, properti, dan pertambangan.

Ahli waris bisnis Haji Masagung kini diteruskan anak-anaknya, yakni Putra Masagung, Made Oke Masagung, serta Ketut Masagung.

PHK massal Toko Buku Gunung Agung

Sebelumnya, Presiden Aspek Indonesia Mirah Sumirat mengatakan, organisasi buruhnya merupakan induk organisasi dari Serikat Pekerja PT GA Tiga Belas (SP Gunung Agung).

Pihaknya telah mendapatkan laporan pengaduan dan permohonan advokasi terhadap kasus PHK sepihak dan massal yang terjadi di Toko Buku Gunung Agung.

"PHK sepihak dan massal yang dilakukan oleh manajemen Toko Buku Gunung Agung tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Baik secara proses maupun terkait dengan hak-hak normatif yang wajib dibayarkan oleh perusahaan," kata Mirah Sumirat dalam pesan singkatnya.

Baca juga: Menpan-RB Janji Hindari PHK Massal Tenaga Honorer

Dia menyampaikan berdasarkan laporan yang masuk, diperkirakan sebanyak 220 pekerja Gunung Agung telah di-PHK secara sepihak sejak tahun 2020 sampai 2022.

Lanjut dia, PHK sepihak dan massal diketahui akan masih berlanjut di tahun 2023 ini, dan diperkirakan jumlah pekerja yang menjadi korban mencapai 350 pekerja.

"Ironisnya para pekerja yang di-PHK tersebut, tidak mendapatkan hak-hak sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, karena hanya diberikan kompensasi sebesar 1 bulan gaji," ungkap Mirah Sumirat.

Mirah Sumirat juga mengungkapkan bahwa selama bertahun-tahun, manajemen Toko Buku Gunung Agung telah mempekerjakan pekerja kontrak yang tidak sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ia bilang, pekerja dikontrak berulang-ulang, dengan masa kerja yang terus-menerus. Hal ini dianggap tak sesuai dengan aturan ketenagakerjaan.

Baca juga: Viral di Medsos Kapal Api Group PHK Karyawan, Simak Duduk Perkaranya

Mirah menuturkan, sebagai induk organisasi dari Serikat Pekerja Toko Buku Gunung Agung, ASPEK Indonesia pada 24 Maret 2023 telah beriktikad baik dengan mengirimkan surat permohonan audiensi kepada Direksi PT GA Tiga Belas (Gunung Agung).

Audiensi dilakukan guna menindaklanjuti laporan dan mencari solusi terbaik bagi para pihak. Namun, manajemen PT GA Tiga Belas (Gunung Agung) menolak dengan alasan tidak memiliki hubungan hukum dengan ASPEK Indonesia dan menyatakan bahwa permasalahan yang terjadi adalah permasalahan internal perusahaan. 

Menurut Mirah, bahkan manajemen PT GA Tiga Belas (Gunung Agung) tidak mau mengakui keberadaan Serikat Pekerja PT GA Tiga Belas (SP Gunung Agung), dengan alasan yang dibuat-buat dan mengabaikan ketentuan perundangan yang berlaku.

Padahal, ia mengklaim, Serikat Pekerja PT GA Tiga Belas (SP Gunung Agung) adalah serikat pekerja yang sah dan telah mendapatkan bukti pencatatan dari Suku Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi Kota Jakarta Pusat.

Baca juga: Viral di Medsos Bisnis Unit Kapal Api PHK Karyawan, Ini Klarifikasi Perusahaan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com