Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penggunaan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan Perlu Dioptimalkan

Kompas.com - 25/05/2023, 20:37 WIB
Yoga Sukmana

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia dinilai perlu segera mengoptimalkan penggunaan bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF). Sebab penggunaan SAF dinilai dapat mengurangi pencemaran udara.

“Saat ini ada 451 armada penerbangan yang dimilliki oleh industri penerbangan nasional dan SAF merupakan hal yang penting dan perhatian kita semua," ujar Ketua Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiraatmadja dalam siaran pers, Jakarta, Kamis (25/5/2023). 

"Memang dibeberapa bagian di sektor penerbangan sudah menerapkannya, namun kami berharap saat ini dapat dioptimalkan penerapan green energy dan clean energy secara bertahap sehingga di tahun 2045 sudah dapat dilakukan secara penuh,” sambungnya.

Baca juga: Bandara Husein Sastranegara untuk VVIP dan Private Jet, Pemindahan Penerbangan ke Kertajati Dilakukan Bertahap

Pernyataan itu disampaikan Denon saat menghadiri workshop Sustainable Aviation Fuel
(SAF) yang digelar oleh Federal Aviation Administration (FAA) di Bangkok pada 22-25 Mei 2023.

Menurut Denon, beberapa negara Asia juga sudah menyatakan komitmen dalam penggunaan bahan bakar penerbangan berkelanjutan. China misalnya, menargetkan 50.000 ton penggunaan SAF. Jepang menargetkan penggunaan SAF 10 persen pada tahun 2030.

Sementara Korea Selatan mengubah undang-undang untuk memungkinkan adopsi bahan bakar biologi laut pada 2025 dan SAF pada tahun 2026. India juga tengah mempertimbangkan penggunaan SAF di sektor penerbangan.

Denon mengatakan Indonesia telah bersiap menerapkan SAF 5 persen pada 2025. INACA kata dia, siap mendukung rencana tersebut.

Baca juga: Pemberangkatan Haji Dimulai Hari Ini, Menhub Pastikan Layanan Penerbangan Haji Lancar

"Sehingga pada tahun 2045, industri penerbangan kita bisa secara optimal menggunakan SAF,” kata dia.

Selain itu, ia juga menilai Asia akan menjadi rumah bagi produsen terbesar SAF. Indonesia kata dia, harus mampu menyediakan SAF di dalam negeri demi keberlangsungan transportasi nasional.

Oleh karena itu, Denon mengatakan perlunya kolaborasi dengan semua pihak. Mulai dari pemerintah, BUMN dan swasta agar bisa menghadirkan bahan bakar ramah lingkungan dan berkelanjutan.

"Sehingga hal ini dapat membuat industri penerbangan yang sehat, serta menghasilkan clean energy yang didukung oleh ekosistem yang baik seperti electric vehicle dan green airport serta semua ekosistem yang menunjang ekosistem dan industri penerbangan nasional,” ucap dia.

Baca juga: RI Dapat Tambahan Kuota Jemaah Haji, Kontrak Penerbangan Akan Disesuaikan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com