Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Kementan Tekankan Kemitraan sebagai Upaya Penting Bantu Pekebun Kembangkan Berbagai Komoditas

Kompas.com - 30/05/2023, 13:43 WIB
A P Sari

Penulis

Selain itu, korporasi juga harus membagikan akses pengetahuan dan teknik budi daya dalam membangun kebun hingga masa panen. Langkah ini penting agar kesejahteraan masyarakat, khususnya pelaku usaha perkebunan, bisa meningkat.

Ia juga menilai bahwa fasilitasi pembangunan kebun masyarakat dapat dilakukan lewat skema kredit, bagi hasil, dan bentuk pendanaan lain yang disepakati kedua belah pihak.

"Bentuk kemitraan lainnya dalam hal dimaksudkan dilakukan pada kegiatan usaha produktif perkebunan, yakni subsistem hulu, subsistem kegiatan budi daya, subsistem hilir, subsistem penunjang, fasilitasi kegiatan peremajaan tanaman perkebunan masyarakat sekitar, dan bentuk kegiatan lainnya," jelasnya.

Baca juga: Ikuti Panen Raya di Cirebon, Irjen Kementan Pastikan Jumlah Ketersediaan Beras Nasional Bertambah

Dia pun menekankan bahwa fasilitas pembangunan kebun masyarakat (FPKM) harus bisa dilaksanakan dengan baik apabila terjadi kemitraan antara pekebun dengan perusahaan.

Kemitraan antara pekebun dengan perusahaan perkebunan dilakukan melalui penguatan kelembagaan di tingkat pekebun dengan menerapkan prinsip keterbukaan dan tata kelola manajemen," tuturnya.

Heru menambahkan, perusahaan perkebunan kemitraan memiliki pasokan sumber bahan baku bagi industri pengolahan yang terjamin. Dengan demikian, pekebun kemitraan bisa mencapai TBS yang memicu kestabilan harga.

Ia menilai bahwa kemitraan kuat antara pekebun dan perusahaan bisa mewujudkan FPKM. Sebab, kemitraan merupakan elemen penting dalam industri.

“Utamanya terkait aspek persaingan usaha dan keberlanjutan industri ke depan, kemitraan petani dengan perusahaan perkebunan merupakan kunci dasar kekuatan dalam peningkatan daya saing,” tambahnya.

Baca juga: Kementan Gaungkan Kelapa Sawit Indonesia dan Ajak Stakeholders Dukung Perkebunan Rakyat

FPKM, lanjut dia, bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar perkebunan serta menjaga hubungan harmonis dan saling menguntungkan antara pekebun dengan perusahaan perkebunan.

"FPKM tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak diikuti dengan kemitraan yang baik antara pekebun dengan perusahaan perkebunan. Kemitraan antara pekebun dengan perusahaan perkebunan harus dilakukan pengawasan oleh pemerintah," paparnya.

Sementara itu, Sekjen DPP Apkasindo Rino Afrino mengatakan, pekebun kelapa sawit sebagai pelaku sektor hulu tidak bisa berjalan sendiri. Mereka harus bermitra untuk mewujudkan kelapa sawit berkelanjutan.

"Idealnya, kemitraan inti plasma perkebunan sawit merupakan salah satu instrumen kerja sama yang mengacu pada terciptanya suasana keseimbangan, keselarasan, dan keterampilan," tuturnya.

Adapun perwakilan dari Gapki Muhammad Iqbal menuturkan, kemitraan menjadi peluang yang memunculkan berbagai terobosan baru.

Baca juga: Kementan Waspada, Virus Flu Babi Afrika Bangkit Kembali dan Serang RI

Contohnya, sebut dia, daerah sentra sawit bisa menjadi lebih terbuka dan ramai. Kemitraan membantu pertumbuhan ekonomi di wilayah sentra tersebut.

“Perspektif tentang kemitraan beragam di mata petani. Melalui kemitraan ini, petani dan perusahaan seharusnya bisa bekerja sama, saling menguntungkan, dan saling meningkatkan kesejahteraan pendapatan," kata Iqbal.

Kemudian, kemitraan juga bisa membantu kepastian pengelolaan kebun dan pasar untuk berbagai hasil kebun. Di sisi lain, perusahaan diuntungkan dengan rantai pasok yang berjalan aman.

Iqbal menilai bahwa kemitraan harus bersifat usaha produktif berkelanjutan dan bukan bersifat hibah, sehingga ada rasa tanggung jawab bersama bagi keberlangsungan kemitraan.

"Pelaksanaan kemitraan menjadi tanggung jawab bersama lembaga pekebun dan perusahaan mitra, dan pengelolaan kemitraan lainnya harus berdasarkan prinsip profesionalitas, keterbukaan, dan kesetaraan,” ujarnya.

Baca juga: Soal Virus Demam Babi Afrika di Batam, Kementan Lakukan Isolasi Wilayah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com