JAKARTA, KOMPAS.com - China mengalami rekor suhu tinggi dan hujan lebat. Hal ini membuat hewan ternak dan tananam kena imbasnya.
China khawatir, ketahanan pangan negara dengan ekonomi besar kedua itu akan tergoncang.
China mengalami gelombang panas dan kekeringan terburuk dalam beberapa dekade selama musim panas 2022.
Sebagai gambaran, babi, kelinci, dan ikan mati karena suhu yang panas. Sementara ladang gandung justru tergenang akibat curah hujan yang tinggi.
Baca juga: Singgung Krisis Pangan, Jokowi: 345 Juta Orang di Dunia Terancam Kelaparan
Pemerintah China juga khawatir kekeringan akan melanda lembah Sungai Yangtze yang menjadi daerah penghasil beras utama China.
Gelombang panas semakin meningkat beberapa hari belakangan. Sejumlah kota di Provinsi Yunnan dan Sichuan mencatat rekor suhu di atas 40 derajat Celcius.
Kepala analis pertanian Citic Securities Sheng Xia mengatakan, cuaca ekstrem seperti kekeringan dan banjir dapat mengganggu pesanan produksi pangan.
"Membawa lebih banyak ketidakpastian pada pasokan pangan dan minyak,” tulis Sheng Xia dalam sebuah laporan penelitian, dikutip dari CNN, Minggu (4/6/2023).
Ia memperingatkan, meningkatnya ancaman terhadap krisis pangan tahun ini karena menjulangnya El Niño.
Itu adalah sebuah fenomena alam di Samudera Pasifik tropis yang membawa suhu lebih hangat dari rata-rata.
Baca juga: 4 Pesan Jokowi Saat Buka KTT G20, dari Krisis Pangan hingga Perang
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.