Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ferdy Hasiman
Peneliti

Peneliti di Alpha Research Database. Menulis Buku Freeport: Bisnis Orang Kuat Vs Kedaulatan Negara, Gramedia 2019. dan Monster Tambang, JPIC-OFM 2013.

Pertamina dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Kompas.com - 16/06/2023, 12:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERUSAHAAN minyak dan gas milik negara, yaitu PT Pertamina (Persero), merupakan perusahaan besar di negeri ini. Dalam bayangan publik di Tanah Air, Pertamina hanya diasosiasikan dengan perusahaan penghasil minyak dan gas negara. Pertamina juga hanya dikenal sebagai perusahaan yang bertugas mendistribusikan bahan bakar minyak (BBM) dan perusahaan yang membangun kilang minyak.

Namun sebenarnya Pertamina bukan hanya itu. Pertamina adalah salah satu perusahaan yang memiliki kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi di negeri ini. Kontribusi itu bukan hanya soal produksi migas, penerimaan negara, tetapi sampai tenaga kerja.

Baca juga: Pertamina Cetak Laba Terbesar Sepanjang Sejarah, tapi Masih Kalah Jauh dari Petronas

Setiap rantai bisnis Pertamina memiliki dampak langsung pada masyarakat Indonesia. Pertamina membangun sebuah SPBU kecil saja, pasti selalu ada multiplier effect untuk pembangunan daerah, ada rekrut angkatan kerja dan penggunaan barang lokal. Apalagi untuk pembangunan kilang minyak yang kapasitasnya besar dan investasinya mencapai ratusan triliun rupiah, pasti multiplier effect-nya sangat besar.

Kontribusi besar Pertamina kepada masyarakat tak lepas dari peran Pertamina sebagai salah satu perusahaan BUMN terbesar di Tanah Air.

Majalah Fortune tahun 2022 menobatkan Pertamina sebagai salah satu perusahaan terbesar di Indonesia dengan total aset di atas Rp 1.200 triliun dan pendapatan tahun 2022 mencapai Rp 1.200 triliun atau sepertiga APBN Indonesia. Pertamina mencatatkan laba terbesar sepanjang sejarah tahun 2022 mencapai Rp 56 triliun.

Dengan aset yang tersebar di seluruh pelosok negeri, Pertamina memiliki andil besar dalam merekrut angkatan kerja. Sampai tahun 2022, jumlah perwira Pertamina mencapai 43.666 (Baca: Lap Keuangan Pertamina, 2022).

Hal yang menarik adalah Pertamina menjunjung prinsip kesetaraan gender dengan memberikan kesempatan pekerja perempuan untuk menduduki jabatan kepemimpinan. Sampai akhir tahun 2022 tercatat terdapat 313 perempuan yang menduduki jabatan pimpinan, atau 17 persen dari total pekerja di tingkat manajemen.

TKDN Pertamina

Pemerintah mewajibkan semua perusahaan, baik asing maupun domestik, menggunakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam setiap rantai bisnis. Negara telah menetapkan semua perusahaan asing dan swasta menggunakan TKDN sebesar 40 persen. Penggunaan jasa domestik itu penting agar memberikan efek berganda bagi pembangunan nasional. Semua perusahaan tambang dan migas besar sudah menjalankan aturan ini.

Pertamina sebagai perusahaan milik negara telah berkontribusi besar melalui pelaksanaan Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri untuk peningkatan pembangunan ekonomi nasional. Tahun 2022, realisasi TKDN Pertamina mencapai 60,59 persen, atau jauh di atas target nasional. Nilainya juga tak main-main, mencapai 1,5 miliar dollar.

Itu angka besar dan sangat fantastis, karena melibatkan 5.600 pengusaha lokal dan 82.000 pekerja. Hal ini menjadi bukti bahwa Pertamina memberikan capital expenditure (Capex/modal kerja) untuk dibeli dari dalam negeri.

Baca juga: Pertamina Ternyata Punya Lapangan Migas di Tengah Gurun Sahara

Ekosistem yang terdampak dari setiap tingkatan proses bisnis Pertamina sangat besar untuk pembangunan ekonomi domestik. Ambil contoh mega proyek Pertamina dalam pembangunan kilang terintegrasi Petrochemical Complex Refinery Unit (RU) VI Balongan, Jawa Barat.

Kilang itu dalam rangka meningkatkan kapasitas minyak menjadi 350.000 barel per hari dan mengolah feedstock atau bahan baku petrokimia, seperti nafta sekitar 2,5 juta per tahun. Ini proyek puluhan triliun rupiah dan menjadi salah satu pabrik petrokimia terbesar di Asia Tenggara.

Multiplier effect dari proyek raksasa itu bukan hanya menghasilkan BBM untuk nasional, tetapi lebih dari itu.  Proyek ini mampu menyerap tenaga kerja hingga sekitar 35.000 orang pada saat proses konstruksi, dan sekitar 600 - 800 pekerja saat proyek mulai beroperasi.

Hal ini menjadi salah satu contoh bagaimana proyek besar Pertamina memiliki dampak luar biasa bagi pembangunan ekonomi daerah. Proyek Pertamina tentu bukan hanya pembangunan proyek Balongan, tetapi masih banyak yang lain, seperti Proyek pembangunan kilang minyak PT Pertamina di Tuban yang menelan dana 15 miliar dolar AS hingga 16 miliar dolar atau sekitar Rp 225,37 triliun.

Kilang Pertamina Tuban memiliki kapasitas pengolahan sebesar 300 ribu barel per hari yang akan menghasilkan 30 juta liter BBM per hari untuk jenis gasoline dan diesel. Kilang Tuban juga akan menghasilkan 4 juta liter avtur per hari serta produksi petrokimia sebesar 4,25 juta ton per tahun.

Selain itu, bahan bakar minyak yang dihasilkan akan bersifat ramah lingkungan. Pembangunan yang diperkirakan selesai pada 2026 itu memiliki luas lahan 900 hektare. Proyek raksasa ini juga memberi dampak besar bagi masyarakat di wilayah tersebut.

Pada pengembangan awal proyek itu, masih terekam dalam ingatan kita bagaimana Pertamina membayar lahan warga per kepala keluarga sampai seharga Rp 7 miliar. Ini pemberitaan yang menghebohkan satu tahun lalu. Dampak proyek itu sangatlah besar bagi pembangunan daerah dan nasional.

Dua proyek besar Pertamina di atas hanya mewakili proyek-proyek Pertamina yang lain. Masih banyak proyek raksasa Pertamina yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang tak tercatat dalam tulisan pendek ini.

Hal itu  hanya mau menunjukan bahwa Pertamina sebagai perusahaan milik negara terbesar memiliki kontribusi sangat besar bagi pembangunan nasional dan pembangunan daerah. Sebagai perusahaan dengan status BUMN, Pertamina memiliki kewajiban membantu pemerintah mendistribsusikan BBM bagi masyarakat (public service obligation/PSO) sampai ke pelosok negeri termasuk BBM satu harga.

Program BBM Satu Harga merupakan program pemerataan energi dan penerapan energi berkeadilan dengan harga BBM yang sama untuk produk Premium dan Solar bersubsidi di wilayah yang memiliki keterbatasan akses atau tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Selain itu, Pertamina diberi penugasan menyediakan LPG Tabung 3 Kg (LPG PSO) kepada seluruh rakyat Indonesia. Untuk kepentingan PSO ini, Pertamina tidak mengambil untung, tetapi itu adalah tugas pelayanan sebagaimana perintah UU.

Meskipun bertugas membantu masyarakat, Pertamina sebagai korporasi juga wajib memberikan kontribusi bagi penerimaan negara. Di tahun 2022, total kontribusi melalui setoran penerimaan negara mencapai Rp 465,77 triliun, meningkat 74 persen dari tahun 2021 sebesar Rp 265,03 triliun.

Dana sebesar itu komposisinya terdiri dari pembayaran pajak sebesar Rp 219,06 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp 84,79 triliun. Selain itu masih ada dividen dan signature bonus sebesar Rp 3,31 triliun.

Kontribusi lain Pertamina adalah dalam bentuk Minyak Mentah dan Kondensat Bagian Negara (MMKBN) yang pada tahun 2022 mencapai Rp 158,60 triliun.

Jadi, kontribusi Pertamina terhadap negara sangatlah besar. Dari sisi hulu, Pertamina berkontribusi pada peningkatan produksi minyak dan gas nasional.

Di hilir, pembangunan kilang dan SPBU-SPBU Pertamina berkontribusi sangat luar biasa, bukan hanya pada pengolahan minyak mentah menjadi BBM, tetapi juga angkatan kerja dan kelak berdampak pada pendapatan pekerja dan meningkatnya konsumsi masyarakat di setiap rantai bisnis Pertamina.

Dengan demikian, tak salah jika kita mengatakan bahwa Pertamina adalah salah satu perusahaan yang turut menopang pertumbuhanan ekonomi negeri ini.

Go Global

Publik di Tanah Air berharap Pertamina terus menjaga profesionalismenya sebagai perusahaan minyak dan gas negara yang bisa diandalkan menopang kedaulatan energi dan pertumbuhanan ekonomi nasional.

Pertamina wajib mencari lapangan-lapangan migas baru baik domestik maupun luar negeri dalam rangka menjaga produksi minyak dan gas nasional. Dengan peningkatan produksi migas, pertumbuhanan ekonomi nasional dan Pertamina turut serta menjaga neraca keuangan negara agar tidak terjadi impor migas terus-menerus.

Di sektor hilir, Pertamina terus meningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam mendistribusikan BBM dan LPG 3 kg kepada masyarakat terluar dan terjauh. Selain itu, pembangunan kilang dan peremajaan kilang penting untuk meningkatan produksi BBM nasional.

Pertamina bukan hanya menjadi menjadi perusahaan besar di dalam negeri, tetapi harus memiliki kemampuan untuk go global.

Baca juga: Digitalisasi Bikin Pertamina Hemat Rp 48,7 Triliun

Untuk go global, Pertamina wajib profesional menjalankan bisnis migas, mempersiapkan sumber daya manusia dengan baik dan mempersiapkan teknologi-teknologi baru yang inovatif agar mampu bersaing dengan perusahaan global.

Selain itu, Pertamina wajib hukumnya untuk tetap transparan. Dengan transparansi, rakyat Indonesia paham ke mana arah Pertamina berayun menuju kekuatan energi di masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com