Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingin Investasi di Wall Street, Simak Tips Cuan ala Pluang

Kompas.com - 22/06/2023, 11:35 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pasar saham AS atau yang dikenal dengan Wall Street saat ini memiliki kondisi yang cenderung lebih baik. Hal ini ditopang oleh sentimen suku bunga yang mendorong pergerakan harga saham lebih tinggi dalam dua pekan terakhir.

Head of Financial Academy Pluang, Imam Nugraha, mengungkapkan, di tahun lalu isu resesi membebani pasar AS, sekaligus memberi dampak ke pasar regional Asia, termasuk Indonesia. Namun, kondisi berbalik saat ini, di mana sentimen The Fed menumbuhkan optimisme dalam pergerakan saham AS beberapa pekan terakhir.

“Pasar saham AS kita lihat kondisinya jauh lebih baik dari tahun lalu. The Fed melihat inflasi cukup stabil,” kata Imam di Jakarta, Rabu (21/6/2023).

Baca juga: Corona Masih Bayangi Pasar Saham AS, Dow Jones Ditutup Melorot 328 Poin

Pasar saham AS juga sempat diterpa isu keruntuhan bank-bank AS akibat suku bunga yang kian tinggi setelah The Fed melakukan kenaikan suku bunga berturut-turut. Namun, aksi penyelamatan yang dilakukan membuat investor yakin, hal tersebut tidak berujung pada krisis.

“Ada isu kejatuhan bank-bank di AS, tapi itu tidak terjadi dengan aksi penyelamatan berupa stimulus. Rangkaian penyelamatan ini berdampak baik pada pasar, dimana dalam beberapa pekan terakhir sentimen positif membayangi pasar saham AS,” ujarnya.

Baca juga: Meraba Sinyal Kebijakan The Fed

Bagi investor Indonesia yang ingin berinvestasi di saham-saham Wall Street, ada beberapa tips yang bisa dilakukan di antaranya:

1. Penggolongan jenis saham

Imam mengatakan, di bursa saham AS ada banyak jenis saham. Bagi investor yang ingin memulai investasi di pasar modal AS, tentunya harus memilih saham-saham yang masuk kategori defensive atau saham yang tahan dengan resesi atau kondisi ekstrem.

“Ada saham AS yang sifatnya defensive, yang mana saham ini tahan dari resesi atau dalam kondisi ekstrem. Pada masa pandemi kemarin, ada banyak saham yang berguguran, terutama teknologi, saham defensive cukup kuat dijadikan alternatif,” jelas Imam.

Beberapa contoh saham defensive, termasuk sektor consumer goods dan sektor kesehatan.

Baca juga: The Fed Pertahankan Suku Bunga, tapi Ada Potensi Kenaikan Dua Kali di Tahun Ini

 


2. Valuasi

Selanjutnya, investor bisa melihat saham-saham tersebut dari sisi valuasi. Jika masih berada dalam kategori valuasi yang murah, maka investor bisa mulai masuk ke saham tersebut. Saham dengan valuasi murah dapat dilihat dari price to earning, price to book value, dan price to sale.

“Kita bisa membandingkan dalam satu industri saham yang masih rendah valuasinya, itu bisa kita lirik,” ujar dia.

Dia mencontohkan, saham Tesla saat ini memiliki price to earning 50 kali, yang artinya memiliki valuasi tinggi. Sedangkan di sektor saham utama, masih ada saham-saham yang memiliki valuasi rendah, seperti Toyota sebesar 12 kali.

3. Saham yang sedang trending

Saham yang sedang trending juga bisa dilirik. Investor bisa masuk lewat jalur spekulasi dengan melihat potensi kenaikannya dalam 2-3 bulan terakhir. Misalkan saham yang berkaitan dengan artificial intelligence (AI).

“Itu sifatnya spekulasi atau memanfatkan momentum harga, ada banyak dari saham-saham AI, seperti NVdia, AMD, Intel, Microsoft, hingga Google. Ini beberapa sektor yang bisa kita ambil dari sisi spekulasinya,” jelas dia.

Imam juga mengingatkan, untuk berinvestasi di Wall Street, investor juga harus sadar dengan potensi risikonya, yakni pergerakan kurs dollar AS terhadap rupiah. Di sisi lain, investor juga harus paham bahwa kapitalisasi bursa AS memiliki gap yang cukup besar dengan bursa Indonesia.

“Jadi gap-nya cukup jauh, market Indonesia hanya penduduk Indonesia saja, dan market AS hanya untuk global. Jadi investor base-nya ada banyak, dan likuiditi-nya lebih banyak. Jika ada sentimen, maka pergerakan market akan lebih mature dalam merespons,” tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com