Penerimaan dari sisi lain itu, pada akhirnya mendorong pendapatan negara mencapai target di dua tahun terakhir. Pada 2021, pendapatan negara mencapai Rp2.003,1 triliun atau 114,9 persen dari target, dan di 2022 mencapai Rp 2.626,4 triliun atau 115,9 persen dari target.
"Yang tahu pendapatan negara tercapai bertambah atau tidak, itu bukan IMF, tapi kita, pemerintah Republik Indonesia," kata dia.
Penerapan hilirisasi juga terlah berdampak pada pemerataan pertumbuhan ekonomi, terutama di daerah-daerah penghasil komoditas tambang.
Bahlil menyebut, Sulawesi Tengah kini mencatatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 22,3 persen, Maluku Utara sebesar 10,4 persen, dan Sulawesi Tenggara sebesar 6,7 persen.
Seluruh pertumbuhan tersebut berada di atas dari rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di level 5 persen.
“Jadi, kalau ada siapapun yang mencoba untuk mengatakan hilirisasi sebuah tindakan yang merugikan negara, itu kita pertanyakan pemikirannya, ada apa dibalik itu. Harus kita lawan cara-cara seperti ini,” tegas Bahlil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.