Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Indonesia-China Dorong Kerja Sama Penguatan Industri 4.0, Kendaraan Listrik, hingga Bioprospektif

Kompas.com - 07/07/2023, 09:58 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

“Khususnya pada isu-isu inisiatif baru, seperti ketahanan rantai pasok, ekonomi digital, ekonomi hijau dan konektivitas,” jelasnya.

Tawaran Indonesia

Selain tawaran kerja sama dari RRT, Indonesia turut mengusulkan potensi kerja sama lainnya, yakni terkait industri farmasi dan industri hijau.

Agus menyampaikan, kendala industri farmasi di Indonesia saat ini adalah bahan baku obat belum dieksplorasi sehingga masih bergantung pada impor.

Indonesia mengharapkan adanya pengembangan investasi dari China atas bahan baku obat selain paracetamol.

“Sistem kesehatan Indonesia saat ini merupakan salah satu yang terbesar di dunia, menjangkau 240 juta penduduk dengan turnover value mencapai 40 miliar dollar Amerika Serikat (AS). Karenanya, pendalaman struktur industri farmasi sangat penting untuk dilakukan,” jelasnya.

Baca juga: Sebut Industri Tekstil Menderita, Menperin: gara-gara Produk Impor

Kerja sama lain yang ditawarkan Indonesia adalah pengembangan industri hijau yang memprioritaskan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.

Industri hijau juga penting dengan meningkatnya kebutuhan pasar akan produk hijau serta peraturan tentang praktik berkelanjutan di pasar global seperti ecolabel, carbon tax, carbon border adjustment mechanism, environmental management system, atau sertifikat lain yang menjamin legalitas sumber daya.

Dalam hal ini, Agus mengharapkan Indonesia-China bisa bekerja sama untuk mengembangkan green products melalui industri bioprospektif yang memproses sumber daya biologis, termasuk tumbuhan, mikroorganisme, dan hewan.

“Salah satu potensi sumber daya untuk industri ini yang dimiliki Indonesia adalah rumput laut dan mikroalga yang dapat diproses menjadi bahan baku bio produk, seperti bagi bioplastic, biofuels, dan pupuk,” paparnya.

Baca juga: Menperin Targetkan Kontribusi Industri untuk PDB Capai 20 Persen pada 2025

Agus juga berharap dapat segera berdiskusi dan menghasilkan perjanjian yang mengikat antara kedua negara terkait pengembangan manufaktur bagi kedua negara yang mencakup kerja sama akan mencakup pengembangan EV, photovoltaic, talent development, dan industri bioprospektif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com