VOLATILE, Uncertain, Complex, Ambiguous (VUCA) alias bergejolak, tak pasti, ruwet, dan ambigu atau multi-makna adalah gambaran dunia belakangan ini, yang semakin menjadi-jadi akibat pandemi Covid-19 (2019-2022), disusul konflik Rusia - Ukraina sejak 2022, serta kini 2023 perlambatan hingga resesi ekonomi dunia.
Dunia juga tengah menghadapi tantangan besar, yakni pemanasan global dan perubahan iklim. Dunia beritikad kuat membatasi agar temperatur bumi tidak naik 1,5 derajat Celcius, batas di mana jika terlewati akan menimbulkan dampak yang mematikan.
Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa, Bumi saat ini sudah 1,1 derajat Celcius lebih hangat daripada suhu bumi pada akhir periode 1800-an dan emisi karbon terus naik.
Maka muncul-lah komitmen untuk net zero carbon emission (emisi karbon nol bersih) tahun 2050 - Indonesia menargetkan mencapai emisi karbon nol bersih tahun 2060 atau lebih awal. Tujuannya tidak lain untuk sustainability (keberlanjutan) kehidupan di bumi.
Namun dengan semakin seringnya terjadi gejolak, ketidakpastian, keruwetan dan ambiguitas di dunia, praktis langkah-langkah yang ditempuh berbagai sektor, termasuk industri hulu minyak dan gas bumi Indonesia dalam berkontribusi menangani pemanasan global dan perubahan iklim tidak akan mudah.
Uni Eropa termasuk berada di barisan terdepan dalam upaya mengganti energi fosil penghasil karbon seperti minyak, gas bumi, dan batu bara, menjadi energi baru terbarukan (EBT), misalnya surya, angin, air, dan biomassa.
Ini merupakan hal wajar, mengingat Uni Eropa menjadi negara maju berkat revolusi industri akhir abad ke-18 hingga awal ke-19, yang sekaligus menjadikan mereka salah satu penghasil emisi karbon terbesar di dunia hingga sekarang.
Kini mereka sudah seharusnya berada di depan untuk mengurangi emisi karbon di wilayahnya serta membantu negara-negara berkembang maupun miskin yang berjuang ekstra keras dalam mengendalikan emisi karbon.
Upaya yang dilakukan Uni Eropa untuk mendorong pemanfaatan EBT dapat dilihat dari data bauran energi di Uni Eropa tahun 2021.
Ketersediaan EBT menduduki posisi ketiga di Uni Eropa dengan porsi 17 persen, hanya tertinggal dari minyak dan gas bumi.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.