Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kereta Cepat Akan Segera Beroperasi, tapi Akses Jalan ke Stasiun Belum Ada

Kompas.com - Diperbarui 07/08/2023, 11:56 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengaku sampai mencak-mencak saat tahu betapa amburadulnya perencanaan stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang belum memiliki akses jalan bagi para penumpangnya.

Tiko, sapaan akrabnya, mengaku heran dengan pola pikir manajemen PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam perencanaan Stasiun KCJB di Karawang dan Padalarang. Saat kereta peluru akan segera beroperasi, akses jalannya justru belum rampung dibangun.

"Ini missed satu hal, November tahun lalu saya baru sadar, kita lupa mikirin akses stasiun. Ini saya sebel juga waktu kemarin sama anak-anak KAI, jadi akses stasiunnya itu belum dipikirin, tidak ada akses jalan ke tol sama jalan besar," ungkap Tiko dikutip pada Minggu (6/8/2023).

Mantan Dirut Bank Mandiri itu berujar, KCJB ditargetkan beroperasi terbatas beberapa hari lagi, tapi akses jalannya disebut baru rampung pada akhir tahun nanti.

Baca juga: Wamen BUMN Buka-bukaan Proyek Kereta Cepat Sempat Nyaris Mangkrak

Adapun Kereta Cepat Jakarta-Bandung mulanya ditargetkan diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 18 Agustus 2023.

"Ini makanya Karawang sama Padalarang baru akhir tahun, karena di Karawang itu kalau kita buka stasiunnya di depannya, tidak ada jalan," beber Tiko.

Menurut Tiko, akses jalan merupakan hal paling mendasar dalam membangun infrastruktur. Sehingga ia mengaku tak habis pikir dengan perencanaan yang dilakukan manajemen KAI karena sama sekali tidak memperhatikan akses jalan saat stasiun sudah beroperasi.

"Ini stupid (bodoh) juga, kok bisa kelewatan. Stasiun jadi, kereta ada, tapi belum dibikin jalan di depannya. Itu bisa kelewatan juga. Saya bilang ini bagaimana perencananya, masa jalan enggak ada, baru sekarang mau dibangun," papar dia.

Baca juga: Berapa Biaya Bangun Kereta Cepat Jakarta-Bandung Per Kilometernya?

Ia mengungkapkan, manusia memang tak luput dari kesalahan seperti lalai. Namun, perkara ini tetap saja merupakan hal konyol lantaran tak ada satu pun yang saling mengingatkan dalam tim perencanaan yang berisi banyak orang di dalamnya.

"Nah tim itu, kalau yang sehat saling mengingatkan, ini ada yang kelupaan, ada yang belum. Nah ini penting," ucap Tiko.

Sebagai informasi saja, KAI bertindak sebagai pemimpin konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

Konsorsium ini melibatkan sembilan perusahaan. Dari Indonesia ada empat BUMN yaitu Wijaya Karya, Jasamarga, Perkebunan Nusantara VIII, dan KAI.

Baca juga: Wamen BUMN Buka-bukaan Amburadulnya Koordinasi Para Kontraktor LRT

Sedangkan dari China adalah China Railway International Company Limited, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, CRRC Corporation Limited, dan China Railway Signal and Communication Corp.

BUMN dari Indonesia lalu membentuk badan usaha bernama PT Pilar Sinergi BUMN dan dari China membentuk China Railway. Lalu kedua perusahaan gabungan itu kemudian membentuk konsorsium PT KCIC.

PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia ini kemudian menggenggam saham sebesar 60 persen di PT KCIC. Sementara sisa saham 40 persen dikuasai konsorsium China.

(Penulis: Yohanna Artha Uly | Editor: Aprillia Ika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Whats New
Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi jadi Head of Citi Commercial Bank

Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi jadi Head of Citi Commercial Bank

Whats New
OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

Whats New
Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Whats New
Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Whats New
Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Whats New
Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Whats New
OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin 'Student Loan' Khusus Mahasiswa S-1

OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin "Student Loan" Khusus Mahasiswa S-1

Whats New
Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Whats New
Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Whats New
Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com