Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Denon Prawiraatmadja
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perhubungan

Mendukung Penerbangan Ramah Lingkungan di Indonesia

Kompas.com - 09/08/2023, 16:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Presiden ICAO saat menghadiri G20 Aviation Dialog di Bali pada Oktober 2022, mendorong negara-negara anggotanya untuk berkomitmen dalam kebijakan pengurangan emisi dengan teknologi inovatif.

Memang untuk mengurangi emisi karbon di penerbangan dapat dilakukan dengan banyak hal, tidak hanya dengan menggunakan SAF saja.

Dapat juga dengan melakukan pengaturan rute penerbangan yang lebih efisien melalui air traffic management oleh ATC Airnav Indonesia.

Dapat juga dilakukan dengan mengganti bahan bakar fosil dengan listrik yang didapat dari tenaga matahari, angin atau lainnya. Penggunaan listrik sebagai penggerak mesin pesawat dan helikopter saat ini juga sudah banyak diujicoba.

Komitmen Indonesia

Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah berkomitmen mendukung penerbangan ramah lingkungan.

Selain menjalankan program CORSIA dari ICAO, menurut Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada G20 Aviation Dialog, Indonesia mendorong transformasi industri penerbangan melalui kebijakan penggunaan energi hijau dan teknologi penerbangan berkelanjutan.

Indonesia juga mendukung implementasi kesepakatan Long Term Global Aspirational Goals (LTAG) terkait zero emission 2050, dengan menyesuaikan pada prinsip Common but Differentiated Responsibilities and Respective Capabilities (CBDR-RC) dan komitmen Paris Agreement.

Diharapkan pada 2025, penerbangan Indonesia sudah dapat menggunakan SAF 5 persen.

Kendala utama penggunaan SAF saat ini salah satunya adalah harganya yang sekitar 30 persen lebih mahal dari avtur biasa. Biaya produksinya masih mahal karena produksinya belum massal, tidak sebanyak produksi avtur.

Para produsen sepertinya masih menunggu bagaimana kelanjutan dari program ini untuk melakukan investasi.

Di sisi lain, Indonesia sebenarnya mempunyai banyak keuntungan untuk meningkatkan investasi di bidang bahan bakar berkelanjutan.

Kita masih mempunyai lahan yang luas. Misalnya, di Kalimantan atau Papua untuk mengembangkan tanaman yang dapat diolah untuk menjadi biofuel tersebut.

Untuk itu, ada baiknya kita mulai melakukan penelitian-penelitian terkait SAF, baik terkait tanaman-tanaman apa saja yang dapat dipakai maupun pengujian-pengujian dampak SAF terhadap mesin pesawat. Reduksi emisi gas karbondioksida juga harus dihitung secara cermat.

Tidak kalah penting adalah membuat aturan yang mendukung pengembangan SAF di Indonesia. Dengan demikian, pada waktunya ketika SAF akan betul-betul dibutuhkan, kita sudah siap dengan produksi massal.

Dengan produksi massal, tentunya harga produk akan jadi murah dan tidak akan meningkatkan biaya produksi operasional penerbangan.

Dan yang lebih penting, emisi karbon dioksida atau pencemaran udara dapat dikurangi dan bencana akibat efek rumah kaca juga dapat dicegah.

Untuk itu, marilah kita dukung penerbangan ramah lingkungan di Indonesia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Bea Cukai Jember Sita 59 Liter Miras Ilegal Bernilai Belasan Juta Rupiah di Kecamatan Silo

Whats New
IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

IHSG Berakhir di Zona Merah, Rupiah Stabil

Whats New
Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Laba Bersih PTBA Turun 51,2 Persen Menjadi Rp 5,2 Triliun pada 2023

Whats New
PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

PTBA Bakal Tebar Dividen Rp 4,6 Triliun dari Laba Bersih 2023

Whats New
Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Bos BI: Kenaikan Suku Bunga Berhasil Menarik Modal Asing ke Pasar Keuangan RI

Whats New
Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Saat Persoalan Keuangan Indofarma Bakal Berujung Pelaporan ke Kejagung

Whats New
Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Luhut Perkirakan Pembangunan Bandara VVIP IKN Rampung Tahun Depan

Whats New
5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

5 Hal di CV yang Bikin Kandidat Tampak Lemah di Mata HRD, Apa Saja?

Work Smart
Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Cegah Persaingan Usaha Tidak Sehat, KPPU Tingkatkan Kerja Sama dengan Bea Cukai

Whats New
Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Pelepasan Lampion Waisak, InJourney Targetkan 50.000 Pengunjung di Candi Borobudur

Whats New
Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Didukung Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Masih Menjanjikan

Whats New
Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Bangun Smelter Nikel Berkapasitas 7,5 Ton, MMP Targetkan Selesai dalam 15 Bulan

Whats New
Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Gelar RUPS, Antam Umumkan Direksi Baru

Whats New
Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com