Oleh karena itu, bank sentral tampaknya akan tetap fokus pada kondisi stabilitas harga dan memperkuat pengawasan keuangan dan terus melakukan pemantauan potensi risiko.
Jika terjadi ketegangan pasar, maka negara harus segera menyediakan likuiditas sambil memitigasi kemungkinan moral hazard.
Mereka juga harus membangun penyangga fiskal dengan komposisi penyesuaian fiskal yang memastikan dukungan yang ditargetkan bagi kelompok paling rentan.
Perbaikan pada sisi penawaran perekonomian akan memfasilitasi konsolidasi fiskal dan penurunan inflasi yang lebih lancar menuju tingkat sasaran.
Sejalan dengan perkembangan dunia, Indonesia di sisi lain memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang stabil pada 2023 dan 2024.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat pada 2022, tumbuh 5,3 persen, didorong pulihnya permintaan domestik dan kinerja ekspor yang meningkat di tengah tingginya harga komoditas global.
Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan akan sedikit melambat menjadi antara 4,5-5,3 persen pada 2023. Salah satu faktornya adalah normalisasi harga komoditas global.
Inflasi yang mencapai puncaknya sebesar 5,5 persen pada tahun lalu, diperkirakan akan kembali ke target inflasi Bank Indonesia jangka menengah 3 persen.
Pada paruh kedua tahun 2023, inflasi mencapai 3,08 persen. Risiko-risiko domestik termitigasi, namun kondisi ekonomi global yang tidak menentu di atas terus mempersulit mencapai prospek yang lebih baik.
Upaya Pemerintah dalam menetapkan batas defisit APBN pada kisaran 3 persen satu tahun lebih awal dari yang diperkirakan dan memuji komitmen mereka terhadap disiplin fiskal.
Lebih penting adalah bagaimana strategi kebijakan fiskal jangka menengah yang konkret ke depan, meningkatkan rasio perpajakan, melaksanakan reformasi subsidi energi, dan memperkuat progran perlindungan sosial.
Terjadi sedikit perbedaan pendapat mengenai arah kebijakan moneter. IMF dalam catatannya memberikan saran agar kebijakan moneter tetap ketat untuk menjaga stabilitas harga.
Namun, Bank Indonesia kurang sependapat. Menekankan perlunya kebijakan moneter yang ketat akan menghampat laju pertumbuhan ekonomi kedepan.
Sejalan dengan proyeksi dunia, pemerintah Indonesia menggunakan asumsi pertumbuhan ekonomi 2024 kurang lebih sama dengan 2023.
“Mempertimbangkan potensi perekonomian yang kita miliki serta dengan tetap memperhitungkan risiko-risiko yang akan datang, maka asumsi dasar ekonomi makro sebagai landasan penyusunan RAPBN 2024 adalah sebagai berikut: pertumbuhan ekonomi 2024 diperkirakan sebesar 5,2 persen,” kata Presiden RI Joko Widodo dalam Nota Keuangan RAPBN 2024.