JAKARTA, KOMPAS. com - Investasi obligasi negara atau surat utang negara diasumsikan merupakan salah satu instrumen investasi yang hanya banyak dilakukan orang kaya.
Associate Director Fixed Income Trading Mega Capital Sekuritas Soni Pande mengatakan, obligasi negara sangat cocok untuk siapapun. Tapi, pada dasarnya investasi harus sesuai dengan profil risiko masing-masing investor.
"Jadi kalau misalnya kita lihat sebenarnya, obligasi untuk siapa? Untuk semuanya, karena banyak investasi bodong, jadi dimana lagi kita investasi sudah dapat cuan tapi dijamin 100 persen oleh pemerintah, bahkan semua pokok dan kupon dibayarkan negara," jelas Soni di Jakarta, Jumat (15/9/2023).
Baca juga: Nasabah Prioritas Perbankan Gemar Investasi di Obligasi dan Reksa Dana
Dia mengatakan, investasi pada obligasi bahkan cocok bagi investor dengan profil risiko moderat dan konservatif. Soni bilang, investasi pada obligasi berbeda dengan saham yang cenderung tidak pasti, atau cocok bagi investor agresif.
"Justru yang paling menarik bagi milenial bukan cuma reksa dana atau saham. Kalau reksa dana biasanya untuk investor yang enggak punya waktu dan saham untuk investor yang adrenalinnya tinggi. Obligasi negara ini di tengah-tengah, sehingga aman bagi pemula," jelas dia.
Baca juga: Seberapa Menarik Investasi di Obligasi Negara Fixed Rate?
Obligasi negara menurutnya memiliki perbedaan yang signifikan dengan instrumen lainnya yang cenderung volatile pergerakannya.
Obligasi memiliki secondary market yang bisa memberikan capital gain berdasarkan pergerakan suku bunga. Juga ada kupon yang merupakan profit (margin) untuk investor yang didapat layaknya trading saham.
"Ada pasar secondary yang bisa dimanfaatkan, dimana kita bisa memperoleh potential capital gain tergantung tadi tingkat suku bunga bergerak jadi dari situ keuntungan bisa didapatkan dobel kupon, sama seperti cuan dari trading," jelas dia.
Baca juga: Daftar 10 Saham Paling Cuan dan Boncos dalam Sepekan
Lalu, apakah obligasi merupakan instrumen yang tahan terhadap krisis?
Sony bilang, ketika terjadi krisis finansial negara menggunakan obligasi utuk menandai penanggulangan. Awal mulanya penggunaan obligasi dilakukan saat krisis 1998 di mana obligasi negara diterbitkan dalam rangka menaggulangi krisis Rp 400 triliun - Rp 600 triliun.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.